I.                   PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

Secara umum, adsorpsi energi radiasi menyangkut miskonsepsi. Radiasi itu sendiri adalah perpindahan energi yang terjadi melalui suatu medium perantara bisa solid maupun liquid bisa juga melalui medium ruang hampa. Benda yang mudah menyerap radiasi atau mudah pula memancarkan radiasi. Benda yang dapat menyerap seluruh radiasi yang diterimanya dan memancarkan seluruh radiasi yang dikeluarkannya disebut sebagai benda hitam atau black body. Suatu pengabsorpsian sempurna radiasi haruslah benda hitam karena hanya suatu black body akan mengabsorpsi semua cahaya tampak yang mengenainya. Black body tidak harus black body yang ideal. Bukan berarti warna suatu objek itu apakah benda absorben radiasi yang baik di luar spektrum tampak atau tidak.

Dalam radiasi termal juga dikenal radiasi benda hitam. Benda hitam  meradiasi lebih banyak jika bendanya panas daripada bendanya dingin,dan spektrum benda hitam panas mempunyai puncak pada frekuensi lebih tinggi daripada puncak spektrum benda hitam dingin. Dalam kehidupan sehari-hari dapat diamati pada perilaku batang besi ketika dipanaskan terus menerus, mula-mula batang besi memijar kemerahan, kemudian kuning-merah yang cerah dan pada akhirnya panas-memutih. Warna benda yang cukup panas hingga memancarkan cahaya, maka warnanya akan bergantung pada temperatur.  Untuk lebih mengetahui nya maka dilakukan percobaan ini.

B. Tujuan Percobaan
      Adapun tujuan percobaan ini adalah :
1.    Mengamati radiasi termal  yang dipancarkan dari sisi kubus radiasi termal yang berbeda pada suhu yang sama.
2.    Menentukan grafik hubungan suhu terhadap radiasi yang terpancar.


                                                                                                                                         II.            TINJAUAN PUSTAKA
A.    Perpindahan Panas Dengan Cara Radiasi
Yang dimaksud dengan pancaran (radiasi) ialah perpindahan kalor melalui gelombang dari suatu zat ke zat yang lain. Semua benda memancarkan kalor. Keadaan ini baru terbukti setelah suhu meningkat. Pada hakekatnya proses perpindahan kalor radiasi terjadi dengan perantaraan foton dan juga gelombang elektromagnet. Terdapat dua teori yang berbeda untuk menerangkan bagaimana proses radiasi itu terjadi. Semua bahan pada suhu mutlak tertentu akan menyinari sejumlah energi kalor tertentu. Semakin tinggi suhu bahan tadi maka semakin tinggi pula energi kalor yang disinarkan. Proses radiasi adalah fenomena permukaan. Proses radiasi tidak terjadi pada bagian dalam suatu bahan. Tetapi suatu bahan apabila menerima sinar, maka banyak hal yang boleh terjadi. Apabila sejumlah energi kalor menimpa suatu permukaan, sebagian akan dipantulkan, sebagian akan diserap ke dalam bahan, dan sebagian akan menembusi bahan dan terus ke luar. Jadi dalam mempelajari perpindahan kalor radiasi akan dilibatkan suatu fisik permukaan (Krane, 1992).


B.     Laju Energi Kalor Radiasi
Radiasi yang dipancarkan oleh suatu benda biasanya tidak hanya bergantung pada suhu, tetapi juga pada sifat-sifat lainnya, seperti karakteristik suatu benda,panjang gelombang radiasi yang mengenainya, rupa benda, sifat permukaannya dan bahan pembuatnya. Tetapi untuk kali ini,  kita tidak akan meninjau benda biasa,  tetapi benda yang  permukaannya hitam (bendahitam / Black Body). Jika sebuah benda semuanya berwarna hitam,  maka cahaya yang jatuh pada benda tersebut tidak ada yang dia pantulkan (semuanya terserap). Pada radiasi termal ini, permukaan ideal dalam pengkajian perpindahan kalor radiasi benda hitam memiliki nilai emisivitas(e = 0 dan 1).

Radiasi merupakan salah satu mekanisme perpindahan kalor dalam bentuk gelombang elektromagnetik tanpa melalui suatu zat perantara. Sebagai contoh, panas matahari dapat mencapai ke bumi dengan mekanisme radiasi, sehingga mampu melewati ruang hampa (Jaeger,1975).
Pada tahun 1879 Joseph Stefan melakukan pengukuran daya total yang dipancarkan oleh benda hitam. Ia menyatakan bahwa daya total yang dipancarkan oleh benda hitam sebanding dengan pangkat empat suhu mutlaknya. Lima tahun kemudian, Ludwig Boltzman memperoleh rumus yang sama. Oleh karena itu, dikenal dengan hukum  Stefan-Boltzman yang berbunyi: “Energi yang dipancarkan oleh suatu permukaan benda dalam bentuk radiasi kalor tiap satuan waktu sebanding dengan luas permukaan dan pangkat empat suhu mutlaknya”. Secara matematis rumus Stefan-Boltzman ditulis sebagai berikut:
                                               
                                      


Kemampuan sebuah benda untuk menyerap radiasi kalor berkaitan dengan kemampuannya untuk memancarkan radiasi. Benda hitam merupakan penyerap dan pemancar radiasi terbaik. Dengan demikian, intensitas radiasi termal bahan yang berbeda pada temperatur yang sama akan berbeda pula (Sutrisno, 1986).

Dalam hal ini, radiasi merupakan perpindahan kalor tanpa adanya zat perantara. Contohnya panas matahari yamg sampai ke bumi. Contoh dari konduksi yaitu logam dimana kalor dipindahkan melalui elektron-elektron bebas yang terdapat dalam struktur atom logam sehingga electron bebas mudah berpindah. Perpindahan elektron ini dapat diberikan ke elektron-elektron lain dengan cepat. Begitu pula dengan perpindahan radiasi dari benda satu ke benda lainya. Benda akan menyerap panas radiasi dan memancarkannya. Suatu benda hitam ideal akan memancarkan radiasi sempurna dan menyerap radiasi sempurna. Ini menunjukkan bahwa jika benda merupakan penyerap radiasi yang baik maka sudah tentu juga merupakan pemancar radiasi yang baik  (Suratman, 1996).

C.    Radiasi Benda Hitam
Teori kuantum diawali oleh fenomena radiasi benda hitam. Istilah “benda hitam” pertama kali diperkenalkan oleh Gustav Robert Kirchhoff pada tahun 1862. Dalam Fisika, benda hitam ( blackbody) adalah sebutan untuk benda yang mampu menyerap kalor radiasi (radiasi termal) dengan baik. Radiasi termal yang diserap akan dipancarkan kembali oleh benda hitam dalam bentuk radiasi gelombang elektromagnetik, sama seperti gelombang radio ataupun gelombang cahaya. Untuk zat padat dan cair, radiasi gelombangnya berupa spektrum kontinu, dan untuk gas berupa spektrum garis. Meskipun demikian, sebenarnya secara teori dalam Fisika klasik, benda hitam memancarkan setiap panjang gelombang energi yang mungkin supaya energi dari benda tersebut dapat diukur. Temperatur benda hitam itu sendiri berpengaruh terhadap jumlah dan jenis radiasi elektromagnetik yang dipancarkannya. Benda hitam bersuhu di bawah 700 Kelvin dapat memancarkan hampir semua energi termal dalam bentuk gelombang inframerah, sehingga sangat sedikit panjang gelombang cahaya tampak. Jadi, semakin tinggi suhu benda hitam, semakin banyak energi yang dapat dipancarkan dengan pancaran radiasi dimulai dari panjang gelombang merah, jingga, kuning hingga putih (Istiyono, 2000).
Meskipun namanya benda hitam, objek tersebut tidak harus selalu berwarna hitam. Sebuah benda hitam dapat mempunyai cahayanya sendiri sehingga warnanya bisa lebih terang, walaupun benda itu menyerap semua cahaya yang datang padanya. Sedangkan temperatur dari benda hitam itu sendiri berpengaruh terhadap jumlah dan jenis radiasi elektromagnetik yang dipancarkannya. Dalam percobaan Fisika sederhana, benda atau objek yang paling mirip radiasi benda hitam adalah radiasi dari sebuah lubang kecil pada sebuah rongga. Dengan mengabaikan bahan pembuat dinding dan panjang gelombang radiasi yang masuk, maka selama panjang gelombang datang lebih kecil dibandingkan dengan diameter lubang, cahaya yang masuk ke lubang itu akan dipantulkan oleh dinding rongga berulang kali serta semua energinya diserap, yang selanjutnya akan dipancarkan kembali sebagai radiasi gelombang elektromagnetik melalui lubang itu juga. Lubang pada rongga inilah yang merupakan contoh dari sebuah benda hitam. Temperatur dari benda itu akan terus naik apabila laju penyerapan energinya lebih besar dari laju pancarannya, sehingga pada akhirnya benda hitam itu mencapai temperatur kesetimbangan. Keadaan ini dinamakam dengan setimbang termal (Darmawan, 1990).
Pada suhu ruang, radiasi termal banyak terdapat dalam daerah inframerah karena pada daerah tersebut mata kita tidak lagi peka. Fisika baru memberikan tafsiran benar terhadap radiasi termal, ini dikemukakan oleh max planck. Planck mengemukakan bahwa sebuah atom yang bergetar hanya dapat menyerap atau memancarkan energi kembali dalam bentuk bungkusan kecil yang disebut kuanta. Apabila energi kuanta berbanding lurus dengan frekuensi radiasi, maka apabila frekuensi meningkat, energinya akan ikut meningkat (Brotosiswoyono, 1987).
 Dalam radiasi termal dikenal radiasi benda hitam. Benda hitam memiliki emisivitas  sama dengan satu. Benda hitam merupakan benda dengan kemampuan menyerap dan memancarkan panas terbaik. Dalam fisika benda hitam ( black body ) merupakan obyek yang menyerap seluruh radiasi elektromagnetik yang jatuh padanya. Secara teori dalam fisika klasik benda hitam haruslah juga memancarkan seluruh panjang gelombang energi yang mungkin (Loeksmanto, 1993).
 Tujuan memperkenalkan benda hitam ideal pembahasan radiasi termal ialah bahwa sekarang kita dapat mengabaikan bagaimana perilaku yang tepat dari benda yang meradiasi, karena setiap benda hitam perilakunya identik. Dalam percobaan sebuah benda hitam dapat diaproksimasi dengan benda berongga berlubang sangat kecil yang menembus ke dalam. Setiap radiasi yang jatuh pada lubang itu, masuk ke dalam rongga dimana radiasi itu tertangkap oleh pemantulan bolak-balik sehingga terabsorbsi.(Bieser,1990).

D.    Penahan Radiasi
Penahanan radiasi bertujuan mengurangi intensitas radiasi dengan memanfaatkan interaksi radiasi dengan materi. Radiasi alpha dan beta dapat ditahan dengan baik oleh benda yang relatif tipis. Sedang untuk radiasi beta yang berenergi tinggi, diperlukan bahan penahan seperti halnya yang digunakan untuk menahan sinar-X. Pada radiasi positron penahanan radiasi dilakukan hingga bebas radiasi. Untuk penahanan radiasi gamma berlaku hukum kuadrat terbalik. Sedang radiasi gamma yang merupakan radiasi langsung berkurang secara eksponensial terhadap tebal bahan penahan. Pengaruh radiasi gamma karena penyebaran pada bahan penahan perlu dikoreksi dengan menggunakan koefisien build up (build up factor). Radiasi neutron juga berkurang secara eksponensial terhadap tebal bahan penahan dan faktor koefisien build up juga dapat digunakan. Pada penahanan radiasi neutron termal, tebal materi dapat dikurangi apabila menggunakan materi yang memiliki tampang lintang tangkapan neutron yang besar. Untuk menahan radiasi neutron cepat dapat digunakan cara penangkapan neutron setelah kecepatannya berkurang akibat hamburan elastis, tetapi radiasi gamma yang terpancar juga harus ditahan. Labirin sangat berpengaruh terhadap penahanan radiasi gamma. Penahanan radiasi ditujukan untuk mencegah paparan radiasi pada tubuh manusia dan kerusakan pada alat ukur radiasi. Prinsip penahanan radiasi adalah mengurangi intensitas radiasi yang didasarkan pada interaksi radiasi dengan materi, yaitu dengan mengubah energi radiasi menjadi energi panas sehingga paparan radiasinya menjadi berkurang. Karena interaksi radiasi dengan materi berbeda menurut jenis materi dan energi radiasi, maka cara penahanan yang digunakan juga berbeda. Umumnya intensitas radiasi dapat dikurangi dengan menambah tebal materi yang digunakan sebagai penahan. Selanjutnya akan diuraikan tentang penahanan radiasi yang banyak dikenal, yaitu alpha, beta, gamma, sinar-X, dan neutron. Namun yang utama adalah uraian tentang penahanan radiasi gamma, sinar-X, dan neutron, yang mempunyai daya tembus besar terhadap materi (M. Amin, 2001).


E.    Hukum kuadrat terbalik.
Apabila radiasi gamma dari sumber radiasi terpancar ke segala arah, intensitas radiasi gamma di suatu titik akan menjadi lemah karena berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya dari sumber radiasi. Hal ini disebut hukum kuadrat terbalik. Oleh karena intensitas radiasi gamma menjadi lemah berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya dari sumber radiasi, maka jarak dari sumber radiasi merupakan faktor utama dalam melakukan penahanan. Untuk radiasi gamma yang mempunyai aktivitas 1 Currie, persentase paparan radiasinya pada titik yang berjarak 1 m disingkat rhm (Rontgen per jam pada jarak 1 m), yang disebut juga konstanta gamma (Made, 1985)
III.   PROSEDUR PERCOBAAN


A.    Alat dan Bahan

Pada percobaan pendahuluan thermal radiation ini, alat dan bahan yang digunakan adalah:




1 Sensor Radiasi


2 Kubus Radiasi thermal





3 Millivoltmeter


4 Lampu Stefan-Boltzman
 
     


5 Power Supply


6 Meteran



 




    7 Ohmmeter





      8 Voltmeter






     9 Amperemeter





     10 Termometer



B. Prosedur Percobaan

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam percobaan ini adalah:
A. Kecepatan Radiasi dari Permukaan yang Berbeda
      1. Menghubungkan ohmmeter dan millivoltmete
2. Menghidupkan kubus radiasi thermal dan meng set power switch ke posisi    10.
3. Mengukur radiasi yang dipancarkan dari tiap-tiap permukaan kubus dengan menggunakan sensor radiasi. Membuat jarak sensor sama ke setiap permukaan kubus dengan cara menyentuhkan ujung sensor ke dinding. Mencatat hasil pengukuran tahanan thermistor. Menggunkan termokopel untk menentukan temperatur.
4. Menaikkan power switch ke posisi 6,5 lalu 8 dan 10. Menunggu kubus sampai setimbang thermal. Mengulangi pengukuran radiasi seperti no.3 dan mencatat hasilnya.

B. Absorpsion dan Transmission Radiasi Thermal
1. Menempatkan sensor sekitar 5cm dari permukaan hitam kubus radiasi dan mencatat pembacaan. Menemptkan selembar gelas jendela antara sensor dan bola lampu.
2. Mengeluarkan lid (muable cover: tutup yang dapat dipindah-pindah) dari kubus radiasi atau memakai lampu Stefan-Boltzman dan mengulangi pengukuran, akan tetapi memakai bola telanjang sebagai pengganti permukaan hitam. Mengulangi dengan material lain.

C. Inversi Hukum Kuadrat
        1. Men set-up percobaan
           a. Meletakkan meteran di atas meja
           b. Menempatkan lampu Stefan-Boltzman di ujung metean. Membuat titik nol di bawah bola lampu.
           c. Menyesuaikan tinggi sensor radisi sehingga tingginya sama dengan lampu Stefan-Boltzman.
           d. Mengarahkan lampu dan sensor sepanjang meteran sampai sedekat mungkin. Membuat pengukuran secepat mungkin. Lalu menutupi dengan suatu perisai pemantul.
           e. Menghubungkan sensor dengan millimetervolt dan lampu ke power suuply (PSA).
2. Dengan Keadaan lampu off (mati), menslide sensor sepanjang meteran. Mencatat pembacaan millimetervolt setiap interval 10cm.
3. Menghidupkan power supply untuk menyinari lampu. Menyetel tegangan pada 10V.
4. Mengatur jarak antara sensor dan lampu.

    D. Hukum Stefan-Boltzman pada Suhu Tinggi
1. Mengukur suhu kamar (Tref) dalam Kelvin sebelum menghidupkan lampu, dan   Rref yaitu tahanan filament lampu Stefan-Boltzman pda suhu kamar. Mencatat hasilnya.
2. Menyetel peralatan. Menyambungkan langsung dengan kutub lampu Stefan Boltzman. Membuat sensor sama tinggi dengan filamen lampu dengan jarak sekitar 6cm.
3. Menghidupkan power supply. Men set tegangan pada 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11, dan 12 volt. Mencatat arus dan radiasi millivolt.







  Seketsa Alat

                     
    











IV.    DATA PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN


A.  Data Percobaan
Dari percobaan yang telah dilakukan, diperoleh data seperti pada Tabel berikut:

Tabel 4.1 Pengukuran pada power setting 5
Permuukaan                           Pembacaan Sensor (mvolt)                Temperatur °C
Hitam                                            1,70000                                                61,0000
Putih                                               1,8000                                                61,0000
Aluminium terpolis             0,4000                                                61,0000
Aluminium dull                              0,8000                                                61,0000

Tabel 4.2 Pengukuran pada power setting 7
Permuukaan                      Pembacaan Sensor (mvolt)               Temperatur °C
Hitam                                 2,9000                                                100,0000
Putih                                   2,9000                                                100,0000
Aluminium terpolis             0,4000                                                 100,0000
Aluminium dull                  1,4000                                                100,0000

Tabel 4.3 Pengukuran pada power setting 8
Permuukaan                       Pembacaan Sensor (mvolt)              Temperatur °C
Hitam                                 3,7000                                                 109,9000
Putih                                   3,6000                                                 109,9000
Aluminium terpolis             0,4000                                                 109,9000
Aluminium dull                  1,7000                                                109,9000

Tabel 4.4 Pengukuran pada power setting 9
Permuukaan                       Pembacaan Sensor (mvolt)                  Temperatur °C
Hitam                                             4,1000                                             112,7000
Putih                                               3,9000                                             112,7000
Aluminium terpolis             0,4000                                             112,7000
Aluminium dull                              1,9000                                             112,7000


Tabel 4.5  Data dan perhitungan pembacaan sensor
V (volt)
I (ampere)
Radiasi (mv)
R(mohm)
T (K)
 x
            5                      3          0,1000                 0,33            26,9816           0,0053
6                      3          0,3000                 0,67            36,4232           0,0176
7                      3          0,4000                 1                 38,9008           0,0229
8                      3            0,6000                1,33            43,3454           0,0353
9                      3            1,1000                1,67            50,1790           0,0634
10                    3            1,5000                2                 54,4963           0,0882
11                    3            2,1000                2,33            59,2811           0,1235
               


 

A.  Pembahasan

Dalam praktikum ini, percobaan yang di lakukan adalah pendahuluan radiasi termal. Percobaan ini dilakukan bertujuan agar dapat mengamati radiasi termal  yang dipancarkan dari sisi kubus radiasi termal yang berbeda pada suhu yang sama serta dapat menentukan grafik hubungan suhu terhadap radiasi yang terpancar. Radiasi termal adalah radiasi yang dipancarkan dari suatu material karna bahan ataupun material itu. Pada dasarnya intesitas dan distribusi energi radiasi termal ini di atur oleh suhu dari setiap permukaan. Radiasi termal dihasilkan ketika energi panas dari pergerakan elektron dan proton di ubah menjadi rasiasi elektron. Secara umum radiasi di definisikan sebagai transfer energi oleh gelombang elektromagnetik. Dalam radiasi termal, dikenal juga istilah black body (benda hitam) yaitu suatu benda yang memiliki kemampuan mengabsorbsi radiasi yang mengenainya secara sempurna. Benda hitam dimodelkan sebagai suatu rongga dengan celah bukaan yang sangat kecil. Jika ada radiasi yang masuk ke dalam rongga melalui lubang, radiasi tersebut akan dipantulkan berulang-ulang oleh dinding dalam rongga sehingga terserap habis energinya. Tidak ada radiasi yang terpantul memancarkan keluar lubang karena lubang sangat kecil. Jadi, rongga berlubang kecil ini berkelakuan sebagai benda hitam karena dapat menyerap seluruh radiasi yang diterimanya. Demikian pula jika rongga ini memancarkan radiasi, tak ada radiasi yang kembali ke rongga. Dengan demikian, rongga juga akan memancarkan seluruh energi yang dikeluarkannya. Dalam fisika, benda hitam (bahasa Inggris black body) adalah obyek yang menyerap seluruh radiasi yang jatuh kepadanya. Tidak ada radiasi yang dapat keluar atau dipantulkannya.
Namun demikian, dalam fisika klasik, secara teori benda hitam haruslah juga memancarkan seluruh panjang gelombang energi yang mungkin, karena hanya dari sinilah energi benda itu dapat diukur.Meskipun namanya benda hitam, dia tidaklah harus benar-benar hitam karena dia juga memancarkan energi. Jumlah dan jenis radiasi yang dipancarkannya bergantung pada suhu benda hitam tersebut. Benda hitam dengan suhu di bawah sekitar 700 Kelvin hampir semua energinya dipancarkan dalam bentuk gelombang inframerah, sangat sedikit dalam panjang gelombang tampak. Semakin tinggi temperatur, semakin banyak energi yang dipancarkan dalam panjang gelombang tampak dimulai dari merah, jingga, kuning dan putih.Istilah "benda hitam" pertama kali diperkenalkan oleh Gustav Robert Kirchhoff pada tahun 1862. Cahaya yang dipancarkan oleh benda hitam disebut radiasi benda hitam.Permukaan benda hitam merupakan permukaan yang memiliki sifat sebagai pemancar atau penyerap radiasi yang sangat baik. Jika suhu permukaannya tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya, akan bersifat memancarkan radiasi. Akan tetapi, jika suhunya rendah, akan bersifat sebagai penyerap radiasi.

Benda hitam merupakan suatu sistem yang dapat menyerap semua radiasi kalor yang mengenai benda tersebut. Tetapi sebenarnya didalam kehidupan ini tidak ada benda hitam sempurna, sepeti definisi diatas. Namun, benda hitam dapat diasumsikan sebagai lubang kecil yang terdapat pada benda yang berongga. Hal tersebut dapat di aplikasikan pada materi efek rumah kaca, dimana secara alamiah sinar matahari yang masuk ke bumi, sebagian akan dipantulkan kembali oleh permukaan bumi ke angkasa. Sebagian sinar matahari yang dipantulkan itu akan diserap oleh gas-gas di atmosfer yang menyelimuti bumi disebut gas rumah kaca, sehingga sinar tersebut terperangkap dalam bumi. Peristiwa ini dikenal dengan efek rumah kaca (ERK), dimana panas yang masuk akan terperangkap di dalamnya, tidak dapat menembus ke luar kaca, sehingga dapat menghangatkan seisi rumah kaca tersebut. Efek Rumah Kaca Peristiwa alam ini menyebabkan bumi menjadi hangat dan layak ditempati manusia, karena jika tidak ada ERK maka suhu permukaan bumi akan 33Celcius lebih dingin.
Gas Rumah Kaca (GRK) yang berada di atmosfer dihasilkan dari berbagai kegiatan manusia terutama yang berhubungan dengan pembakaran bahan bakar fosil (minyak, gas, dan batubara) seperti pada pembangkitan tenaga listrik, kendaraan bermotor, AC, komputer, memasak. Selain itu GRK juga dihasilkan dari pembakaran dan penggundulan hutan serta aktivitas pertanian dan peternakan. GRK yang dihasilkan dari kegiatan tersebut, seperti karbondioksida, metana, dan nitroksida, menyebabkan meningkatnya konsentrasi GRK di atmosfer.Berubahnya komposisi GRK di atmosfer, yaitu meningkatnya konsentrasi GRK secara global akibat kegiatan manusia menyebabkan sinar matahari yang dipantulkan kembali oleh permukaan bumi ke angkasa, sebagian besar terperangkap di dalam bumi akibat terhambat oleh GRK tersebut. Meningkatnya jumlah emisi GRK di atmosfer pada akhirnya menyebabkan meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi, yang kemudian dikenal dengan Pemanasan Global. Sinar matahari yang tidak terserap permukaan bumi akan dipantulkan kembali dari permukaan bumi ke angkasa. Setelah dipantulkan kembali berubah menjadi gelombang panjang yang berupa energi panas. Namun sebagian dari energi panas tersebut tidak dapat menembus kembali atau lolos keluar ke angkasa, karena lapisan gas-gas atmosfer sudah terganggu komposisinya. Akibatnya energi panas yang seharusnya lepas ke angkasa (stratosfer) menjadi terpancar kembali ke permukaan bumi (troposfer) atau adanya energi panas tambahan kembali lagi ke bumi dalam kurun waktu yang cukup lama, sehingga lebih dari dari kondisi normal, inilah efek rumah kaca berlebihan karena komposisi lapisan gas rumah kaca di atmosfer terganggu, akibatnya memicu naiknya suhu rata-rata dipermukaan bumi maka terjadilah pemanasan global.

Hukum Stefan-Boltzmann Intensitas Radiasi Benda Hitam Energi radiasi setiap detik per satuan luas disebut sebagai intensitas radiasi yang diberi lambang I. Kemampuan sebuah benda untuk menyerap radiasi kalor berkaitan dengan kemampuannya untuk memancarkan radiasi. Benda hitam merupakan penyerap dan pemancar radiasi terbaik. Energi persatuan luas dan persatuan waktu atau intensitas radiasi total yang dipancarkan oleh benda hitam dari seluruh spektrum energi yang dipancarkan dapat dinyatakan dengan hukum Stefan-Boltzmann, yang dituliskan sebagai berikut.
I = e.σ.T4…………………………………………………………………………….(1) Dengan e adalah koefisien emisivitas yang memiliki nilai antara 0 dan 1. Untuk benda hitam sempurna, e = 1. Adapun σ adalah tetapan Stefan-Boltzmann besarnya 5,67 x 10-8 Wm-2K-4 dan T adalah suhu mutlak benda dalam satuan kelvin (K).
Dari persamaan (1) dapat ditentukan satuan intensitas radiasi (I) adalah watt meter-2 (Wm-2). Nilai emisivitas (e) berbeda-beda untuk tiap jenis dan keadaan permukaan bahan. Dengan demikian, intensitas radiasi termal bahan yang berbeda pada temperatur yang sama akan berbeda pula. Sebagai contoh, misalnya intensitas radiasi pada tempetatur 2000 K untuk permukaan datar halus bahan Tungsten adalah 23,5 W/cm2. Sedangkan untuk Molibdenum, intensitas radiasinya 19,2 W/cm2. Intensitas radiasi ini makin besar jika keadaan permukaan semakin kasar.

Energi radiasi benda hitam jika luas seluruh permukaan benda diketahui, energi per-satuan waktu atau daya yang dipancarkan oleh benda tersebut dapat dihitung dengan persamaan berikut.
P = I A = e σ T4 A……………………………………......……………………………..(2) A adalah luas permukaan benda dengan satuan m². Dari persamaan (2) dapat ditentukan bahwa daya P yang dipancarkan memiliki satuan watt (W). Jadi, energi total yang dihasilkan oleh permukaan benda hitam dalam selang waktu t sekon menjadi
W = P t = e σ T4 A t…………………………………….......…………………...…(3) Energi total W yang dipancarkan benda memiliki satuan watt sekon atau joule. Jika diketahui suhu benda T dan suhu lingkungan T0, benda akan memancarkan radiasi kalor. Sebaliknya besarnya radiasi kalor yang dipancarkan atau yang diserap oleh benda terhadap lingkungannya lingkungannya akan memenuhi persamaan berikut:
I = e σ (T4-T04)…………………………………...........................….……………….(4) Jika suhu benda T lebih besar daripada suhu lingkungan T0, benda akan memancarkan radiasi kalor. Sebaliknya, jika suhu benda T lebih kecil daripada suhu lingkungan T0, benda akan menyerap radiasi kalor.b. Pergeseran Wien dengan meninjau kembali sebuah lubang pada kotak berongga yang diasumsikan sebagai benda hitam. Jika kotak dipanaskan, atom-atom pada dinding kotak akan menyerap energi panas dan bergetar. Atom-atom yang bergetar ini akan berlaku sebagai osilator harmonik yang menimbulkan gelombang elektromagnetik. Setiap gelombang yang ditimbulkan oleh osilator akan dipantulkan bolak-balik oleh dinding kotak dan membentuk gelombang berdiri. Kejadian ini hampir sama dengan proses terbentuknya gelombang berdiri pada tali yang digetarkan. Suatu gelombang elektromagnetik terdiri atas spektrum gelombang-gelombang dengan panjang gelombang yang berbeda-beda. Para fisikawan meneliti intensitas radiasi untuk panjang gelombang tertentu. Alat yang digunakan dalam percobaan tersebut didasarkan pada prinsip penguraian cahaya (dispersi) oleh prisma menjadi spektrumnya.

Ketika temperatur berkurang, puncak dari kurva radiasi benda hitam bergerak ke intensitas yang lebih rendah danpanjang gelombang yang lebih panjang. Grafik radiasi benda hitam ini dibandingkan dengan model klasik dari Rayleigh dan Jeans.

Dalam percobaan pendahuluan radiasi termal ini, dilakukan beberapa percobaan diantaranya adalah percobaan Kecepatan radiasi dari permukaan yang berbeda, absorbsi dan transmisi radiasi termal, inversi hukum kuadrat dan Hukum Stefan Boltzman pada suhu tinggi. Tetapi pada praktikum kali ini percobaan yang di lakukan hanya percobaan kecepatan radiasi dari permukaan yang berbeda dan hukum Stefan Boltzman pada suhu tinggi. Dalam percobaan untuk membuktikan kecepatan radiasi dari permukaan yang berbeda ini kita memakai kubus radiasi termal atau Leslie’s Cube. Menggunakan Pasco Thermal Radiation sistem terdiri dari TD 8553 Radiation Sensor. Di dalam sensor radiasi terdapat thermopile yang menghasilkan tegangan yang sebanding dengan intesitas radiasi. Kotak radiasi Leslie menyediakan empat permukaan diantaranya hitam, putih, aluminium yang permukaannya mengkilat (dull) dan tidak mengkilat (terpolis). Temperatur ruang pada hukum Stefan-Boltzmann bertemperatur rendah dapat diabaikan. Namun pada temperatur yang relatif tinggi, temperatur ruang tidak dapat diabaikan. Hukum Stefan-Boltzman menerangkan bahwa energi radiasi benda per satuan luas per satuan waktu atau rapat fluks energi benda sebanding dengan temperatur mutlak benda pangkat empat. Radiasi benda diukur dari sebuah objek yaitu kotak radiasi Leslie dengan variasi temperatur. Hukum Stefan-Boltzmann dapat dibuktikan dengan cara mengukur temperatur suatu benda yang meradiasi dan rapat fluks energi radiasi benda tersebut dan diperoleh koefisien regresi fungsi linier sebesar 1. Pada percobaan ini dilakukan beberapa tahapan, yang pertama menghidupkan saklar yang menghubungkan antara sumber tegangan dan kotak radiasi, setelah kotak radiasi hidup, hubungkan termokopel ke kotak radiasi yang mana termokopel ini berfungsi untuk mengukur suhu di dalam kotak radiasi tersebut. Selanjutnya tunggu hingga beberapa saat hingga suhu di dalam kotak radiasi sudah cukup stabil. Setelah suhu pada kotak radiasi sudah cukup stabil, tempelkan sensor radiasi  pada setiap sisi dari kotak radiasi lalu mencatat hasil pengukuran yang di tunjukan pada layar lcd. Percobaan ini di lakukan sebanyak empat kali pengulangan dengan pengaturan switch yang berbeda yaitu sebesar 5, 7, 8, dan 9 Volt pada kotak radiasi, dimana setiap perubahan pengaturan switch kotak radiasi harus didinginkan terlebih dahulu tujuannya agar suhu sebelumnya tidak mempengaruhi hasil dari pengukuran selanjutnya pada kotak radiasi.

Pada percobaan menghitung kecepatan radiasi dari ke-empat sisi kubus  ini kita melakukan empat kali pengulangan dalam suhu yang berbeda yaitu 61°C, 100°C, 109,9°C, dan 112,7°C.
Nilai keterpancaran permukaan hitam, putih, aluminium yang permukaannya mengkilat (dull) dan tidak mengkilat (terpolis) berturut-turut adalah 1,7000 ; 1,8000 ; 0,8000 ; 0,4000 (pada suhu 61° C). Dari hasil tersebut terlihat permukaan hitam nilai pembacaan sensor lebih besar dari permukaan yang putih, sedangkan untuk aluminium terpolis nilai pembacaan sensor lebih kecil dari pada nilai aluminium dull.

Untuk suhu sebesar 100°C nilai pembacaan sensor keempat permukaan dari hitam, putih, aluminium terpolis, dan aluminium dull berturut-turut adalah 2,9000 ; 2,9000 ; 0,4000 ; dan 1,4000. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa nilai pada pembacaan sensor untuk permukaan putih sama dengan permukaan hitam sedangkan untuk nilai aluminium terpolis lebih kecil daripada nilai aluinium dull.

Untuk suhu sebesar 109,9°C nilai pembacaan sensor keempat permukan dari hitam, putih, aluminium terpolis, dan aluminium dull berturut-turut adalah 3,7000 ; 3,6000 ; 0,4000 ; dan 1,7000. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa nilai pada pembacaan sensor untuk permukaan putih lebih kecil dari permukaan hitam sedangkan untuk nilai aluminium terpolis lebih kecil dari pada nilai aluminium dull.

Untuk suhu sebesar 112,7°C nilai pembacaan sensor keempat permukan dari hitam, putih, aluminium terpolis, dan aluminium dull berturut-turut adalah 4,1000 ; 3,9000 ; 0,4000 ; dan 1,9000. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa nilai pada pembacaan sensor untuk permukaan putih lebih besar dari permukaan hitam sedangkan untuk nilai aluminium terpolis lebih kecil dari pada nilai aluinium dull. Namun, dari keempat percobaan meskipun dengan suhu yang berbeda nilai tegangan pada pembacaan sensor untuk aluminium terpolis keempat-empatnya benilai sama yaitu 0,4000 mVolt.

Jika kita lihat dari hasil pengukuran dari sensor radiasi ternyata permukaan kubus radiasi yang berwarna hitam memiliki nilai pengukuran tertinggi untuk radiasinya dibandingkan dengan permukaan yang lain. Hasil ini sesuai dengan teori yang ada dimana suatu benda hitam memiliki kemampuan mengabsorpsi secara sempurna suatu pancaran radiasi yang mengenai permukaannya. Selain itu, sifat penyerapan suatu benda bergantung pada krakteristik permukaannya dan panjang gelombang radiasi yang mengenainya. Hal tersebut memengaruhi besar kecilnya radiasi yang dihasilkan.

Selanjutnya adalah percobaan Hukum Stefan Boltzman pada suhu tinggi dimana percobaan ini menggunakan lampu Stefan Boltzman yang di hubungkan dengan sumber tegangan maksimal 13 volt. Pada percobaan kali ini lampu Stefan Boltzman diberi tegangan dari 5 sampai 11 volt dan selanjutnya di ukur besar radiasi yang di hasilkan dari lampu Stefan Boltzman. Dari percobaan yang telah dilakukan doperoleh nilai radiasi 0,1000 mV sampai 2,1000 mV dan setelah dilakukan perhitungan, diperoleh nilai suhu sebesar  sampai  untuk suhu pangkat empat. Radiasi yang di peroleh dari percobaan ini dipengaruhi oleh besar tegangan yang di berikan pada lampu Stefan Boltzman karna akan memengaruhi suhu pada lampu. Semakin besar tegangannya maka semakin terang nyala lampu Stefan Boltzman yang dipancarkan dan semakin kecil tegangan yang diberikan pada lampu maka akan semakin kecil radiasi yang dipancarkan lampu tersebut.



Hasil grafik 4.1 di atas menunjukkan nilai regresi linier yang sangat sempurna antara fungsi tahanan terhadap suhu mutlaknya sebesar 1. Jadi praktikum Pendahuluan Radiasi Termal untuk membuktikan hukum Stefan Boltzman pada suhu tinggi regresi linier grafik radiasi versus T benar-benar linier pada semua range pengukuran.







IV.     KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1.      Semakin gelap warna suatu permukaan benda maka semakin besar radiasi yang dipancarkan, serta semakin terang warna suatu permukaan benda maka akan semakin kecil radiasi yang dipancarkan.
2.      Semakin besar tegangan power switch yang diberikan maka akan semakin besar hasil pancaran radiasinya, kemudian jika semakin kecil power switch maka akan semakin kecil pula pancaran radiasinya.
3.      Apabila pancaran radiasi bernilai besar maka semakin tinggi nilai suhunya, dan ketika pancaran radiasi bernilai kecil maka akan semakin kecil juga nilai suhunya.
4.      Benda yang berwarna hitam memancarkan seluruh panjang gelombang energy yang mungkin terjadi
5.      Suhu awal pada kubus termal radiasi akan memengaruhi suhu akhir ataupun hasil pengukuran jika tidak didinginkan terlebih dahulu.
6.      Semakin besar tegangan yang diberikan pada lampu maka akan semakin besar radiasi yang dipancarkan lampu tersebut dan semakin kecil tegangan yang diberikan pada lampu maka akan semakin kecil radiasi yang dipancarkan lampu tersebut.
7.      Semakin besar R(ohm) maka akan semakin besar juga pancaran radiasinya dan semakin kecil R(ohm) maka akan semakin kecil juga pancaran radiasinya.
8.      Semakin besar pancaran radiasi maka semakin tinggi juga nilai suhunya dan semakin kecil pancaran radiasi maka akan semakin kecil juga nilai suhunya.
9.      Grafik regresi linier benar-benar menunjukkan linieritas pada semua range radiasi terhadap suhu mutlaknya.


Post a Comment

 
Top