I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Atom hidrogen
memiliki struktur paling sederhana yaitu memiliki satu elektron, dan spektrum
yang dihasilkan oleh atom hidrogen merupakan spektrum paling sederhana dengan
pola yang teratur. Oleh karena itu, spektrum hidrogen dijadikan prototipe
untuk mempelajari spektrum atom yang lebih rumit. Untuk menghasilkan spektrum
atom hidrogen digunakan gas hidrogen yang disimpan dalam tabung dengan tekanan
yang sangat rendah. Tabung sinar hidrogen adalah suatu tabung tipis yang berisi gas hidrogen
pada tekanan rendah dengan elektroda pada tiap-tiap ujungnya. Jika tegangan
tinggi dilewatkan pada tabung tersebut maka molekul-molekul gas hidrogen
terurai menjadi atom-atom hidrogen dan memancarkan energi foton atau cahaya dan akan menghasilkan sinar berwarna
merah muda yang terang.
Ketika cahaya tersebut dilewatkan ke
dalam celah sempit, sinar akan terpecah menjadi beberapa warna. Dan akan ada warna yang
terlihat serta ada pula warna-warna yang tidak terlihat. Warna yang dapat
terlihat merupakan sebagian kecil dari spektrum emisi hidrogen. Sebagian besar
spektrum tak terlihat oleh mata karena berada pada daerah infra-merah atau
ultra-violet. Kemudian muncul sejumlah "deret" garis yang dinamakan
dengan nama penemunya.
Garis-garis pada spektrum emisi
hidrogen membentuk pola yang umum dan dapat ditunjukkan dengan persamaan yang relatif
sederhana. Masing-masing garis dapat dihitung dari kombinasi angka-angka
sederhana. Ketika tidak ada yang mengeksitasi, elektron hidrogen berada pada
tingkat energi pertama yaitu tingkat yang paling dekat dengan inti. Tetapi jika
diberikan energi pada atom, elektron akan tereksitasi ke tingkat energi yang
lebih tinggi atau bahkan dilepaskan dari atom. Tegangan tinggi pada tabung
sinar hidrogen menyediakan energi tersebut. Molekul hidrogen awalnya pecah
menjadi atom-atom hidrogen dan elektron kemudian berpindah ke tingkat energi
yang lebih tinggi. Misalkan suatu elektron tereksitesi ke tingkat energi
ketiga. Elektron akan cenderung melepaskan energi lagi dengan kembali ke
tingkat yang lebih rendah. Jika suatu elektron turun dari tingkat-3 ke
tingkat-2, akan melepaskan energi yang sama dengan beda energi antara dua
tingkat tersebut. Energi yang diperoleh dari lepasnya elektron ini muncul sebagai
sinar dimana "sinar" tersebut termasuk dalam daerah UV dan IR juga
tampak (visible). Jika suatu elektron turun dari tingkat-3 ke tingkat-2, tampak
sinar merah. Inilah asal-usul garis merah pada spektrum hidrogen. Ketika kita
melakukan hal yang sama untuk lompatan menurun ke tingkat 2, kita akan
mendapatkan garis dari deret Balmer.
Dalam rentang terlihat dari spektrum
atom hidrogen, tiga baris dapat diamati. Jarak mereka menurun dengan panjang
gelombang. Dimulai dengan frekuensi terkecil dan panjang gelombang terbesar,
dengan Hα, , Hß,
dan Hγ
B.
Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaaan ini
adalah:
1.
Mahasiswa dapat menetukan panjang gelombang Hα, Hβ,
Hγ dari deret Balmer hidrogen.
2.
Mahasiswa dapat membandingkan dengan data teori
A. Deret Balmer
Deret Balmer
merupakan himpunan garis spektrum atom hidrogen yang bersangkutan dengan de-eksitasi keedaran dengan
bilangan satu utama n = 2. Garis dengan panjang gelombang terbesar 656,3 nm
diberi lambang Hα disebelahnya yang panjang gelombangnya 486,3 nm
diberi lambang Hβ, dan seterusnya. Ketika panjang gelombangnya
bertambah kecil, garisnya didapatkan bertambah dekat dan intensitasnya lebih
lemah sehingga batas deret pada 364,6 nm dicapai, diluar batas itu tidak
terdapat lagi garis yang terpisah, hanya terdapat spektrum kontinu yang lemah
(Beiser, 1990).
|
|
|
|
|
Hα
Hβ
Hᵧ
Gambar
2.1. Deret Balmer Atom Hidrogen
Persamaan
Balmer untuk panjang gelombang dalam deret ini memenuhi
n = 3,4,5, …dst. ……………….(1)
Konstanta R
dikenal sebagai tetapan Rydberg, yang mempunyai harga:
R = 1,097 x 10-7
m-1
R = 0,01097 nm
Garis Hα bersesuaian dengan n=3, garis Hβ
dengan n=4, dan seterusnya. Batas deret bersesuaian dengan n=∞, sehingga
pada saat itu, panjang gelombangnya adalah 4/R sesuai dengan eksperimen. Deret
Balmer hanya berisi panjang gelombang pada bagian tampak dari spektrum hidrogen. Garis spektral hidrogen dalam daerah ultra ungu (ultra violet) dari infra
merah jatuh pada beberapa deret lain. Dalam daerah ultra ungu terdapat deret
Lyman yang mengandung panjang gelombang yang ditentukan oleh persamaan
n=2,3,4,..... .................(2)
Jika bilangan
kuantum keadaan awal (energi lebih tinggi) ialah n1 dan bilangan kuantum
akhir (energi
lebih rendah) ialah nt, kita nyatakan bahwa
Energi awal – Energi akhir = Energi Foton
Ei – Ef = h ν
..................................................(3)
Dengan ν menyatakan frekuensi foton yang dipancarkan.
Dari persamaan berikut persamaan
tingkat energi foton
n
= 1,2,3 … .......................(4)
Maka kita peroleh
Ei ..................(5)
Kita ingat bahwa sebelumnya E1 adalah bilangan
negative (-13,6 eV), sehinggga E1 adalah bilangan positif. Frekuensi
foton yang dipancarkan dalam transisi ini adalah:
...............................(6)
karena λ = c / ν, 1/ λ = ν / c
(spektrum hidrogen)
....................(7)
Persamaan ini menyatakan bahwa radiasi yang dipancarkan
oleh atom hidrogen
yang tereksitasi hanya mengandung panjang gelombang tertentu saja.
Pengukuran
panjang gelombang yang dipancarkan oleh atom hidrogen tereksitasi didasarkan pada prinsip interferensi
dengan menggunakan kisi-kisi interferensi konstruktif terjadi bila beda
lintasan merupakan kelipatan dari panjang gelombangnya.
n λ = d sin θ
.......................(8)
dimana:
n = orde difraksi 1, 2, 3, …
(Halliday,
1990).
B. Spektrum
Atom
Penyelidikan
terhadap spektrum hidrogen penting sekali dalam kaitannya dengan struktur atom.
Spektrum hidrogen ini terdiri dari beberapa garis spektrum yang dapat
digolongkan dalam kelompok tertentu. Terdapat 5 seri spektrum yang diberi nama
sesuai dengan nama penemunya, yaitu; seri Balmer pada daerah spektrum terlihat
yang ditemukan oleh J.J Balmer (1885); seri Lyman pada daerah spektrum ultra
violet yang ditemukan oleh T. Lyman (1906); seri Paschen oleh F. Paschen
(1908); seri Bracket oleh F.S.Bracket (1922) dan seri Pfund oleh A.H.Pfund
(1924), ketiga seri ini berada di daerah
spektrum infra red.
Bilangan
gelombang dari kelima deret tersebut meskipun dihitung dengan persamaan yang
berlainan dan kelihatannya sejumlah garis-garis spektrum yang ditemukan tidak
ada sangkut pautnya satu sama lain, ternyata dapat dihubungkan satu
dengan lainnya dengan satu persamaan saja dengan hubungan yang serba sederhana.
Fakta ini menunjukkan adanya hubungan yang erat antara garis-garis spektrum
dengan struktur atom. Namun demikian teori atom yang ada pada masa itu (sebelum
teori Bohr) belum dapat memberikan penjelasan ( Darmawan, 1990).
C.
Postulat Bohr
Pada tahun
1913 Niels Bohr mengembangkan sebuah model atom yang dapat menjelaskan hubungan
antara struktur atom khususnya berkenaan dengan masalah stabilitas atom dengan
frekuensi serta
panjang gelombang garis-garis spektrum atom tersebut. Model atom Bohr ini didasarkan pada
postulat-postulatnya sebagai berikut.
a.
Sebuah elektron dalam atom bergerak mengelilingi inti dalam sebuah
lintasan atau orbit yang berbentuk lingkaran. Karena pengaruh gaya
tarik-menarik (Gaya Coulomb) antara elektron dan inti sesuai dengan hukum
2 mekanika klasik
b.
Sebuah elektron hanya bergerak dalam orbit sedemikian sehingga
momentum sudut orbit L sama dengan bilangan bulat dikalikan dengan ħ (tetapan
Planck h/2π). Jadi berbeda dengan mekanika klasik yang menganggap bahwa orbit
elektron yang
mungkin tidak berhingga.
c.
Elektron yang bergerak dalam sebuah orbit sesuai dengan
postulat b tidak mengalami percepatan, sehingga tidak memancarkan radiasi
elektromagnetik, jadi energinya tetap.
d.
Sebuah elektron yang pada mulanya bergerak pada orbit dengan energy
total yang lebih rendah, akan memancarkan radiasi elektromagnetik. Frekuensi
radiasi elektromagnetik = (Ei – Ef)/h (Krane, 1992).
D. Tingkat Energi dan Spektrum
Berbagai orbit yang diijinkan berkaitan dengan energi
elektron yang berbeda-beda. Energi elektron ............................. (9)
|
|
Tingkat energi negatif ini menyatakan bahwa elektron tidak memiliki cukup energi untuk melarikan diri dari atom. Tingkat energi yang terendah E1 disebut keadaan dasar dari
atom itu dan tingkat energi yang lebih tinggi E2,
E3, dan E4 . Ketika bilangan kuantum n bertambah, energi En yang bersesuaian mendekati nol, dalam limit En=0 dan
elektronnya tidak lagi terikat pada inti untuk membentuk atom
(Anonim, 2014).
Deretan tingkat
energi
merupakan karakteristik semua atom. Kehadiran tingkat energi diskrit tertentu dalam atom hidrogen menyarankan adanya hubungan dengan spektrum garis. Anggaplah jika sebuah elektron pada tingkat eksitasi jatuh ke tingkat yang lebih
rendah, kehilangan energinya dan dipancarkan sebagai foton cahaya tunggal.
Loncatan sebuah elektron dari suatu tingkat ke tingkat lain, dengan perbedaan energi antara tingkat itu dilepas sekaligus sebagai sebuah
foton alih-alih sebagai sesuatu yang gradual. Bila bilangan kuantum keadaan
awal (energi
lebih tinggi) ialah ni dan bilangan kuantum kedaan akhir (energi lebih rendah) ialah nf
(Sutrisno, 1986).
E. Eksitasi Atomik
Terdapat dua
mekanisme utama yang dapat mengeksitasi sebuah atom ke tingkat energi di atas tingkat dasar. Sehingga dapat menyebabkan atom
itu memancarkan radiasi. Atom yang tereksitasi dengan cara ini akan kembali ke
tingkat dasar dalam waktu rata-rata 10-8 s dengan memancarkan satu
atau lebih foton. Cara lain ialah dengan menimbulkan lucutan listrik dalam gas
bertekanan rendah, sehingga timbul medan listrik yang mempercepat elektron dan ion atomik sampai energi kinetiknya cukup untuk mengeksitasi atom
ketika terjadi tumbukan. Karena transfer energi maksimum jika partikel yang bertumbukan mempunyai massa
yang sama dengan elektron dalam pelucutan listrik semacam itu jauh lebih efektif daripada ion dalam
pemberian energi pada elektron
atomik.
Mekanisme
eksitasi yang berbeda terpaut jika sebuah atom menyerap sebuah foton cahaya
yang energinya cukup untuk menaikkan atom itu ke tingkat energy yang lebih
tinggi. Sebagai contoh, sebuah foton dengan panjang gelombang 1,217 Ao
dipancarkan bila atom hidrogen dalam tingkat keadaan n=2 jatuh ke keadaan n=1,
penyerapan (absorpsi) foton dengan panjang gelombang 1,217 Ao oleh
atom hidrogen
yang mula-mula dalam n=1 akan membawanya ke keadaan n=2. Proses ini menerangkan
asal dari spektrum
absorpsi. Jika cahaya putih yang mengandung panjang gelombang dilewatkan
melalui gas hidrogen,
foton dengan panjang gelombang yang bersesuaian dengan transisi antara tingkat
energi
bersangkutan akan diserap. Atom hidrogen tereksitasi yang ditimbulkan akan memancarkan
kembali energi
eksitasinya hampir ketika itu juga, tetapi foton keluar dalam dengan hanya beberapa saja
yang berarah sama dengan berkas semula dari cahaya putih itu. Jadi, garis gelap
dalam spektrum
absorpsi tidak seratus persen hitam, dan hanya terlihat hitam jika terjadi
radiasi dengan latar belakang yang terang
(Istiyani, 2000).
F. Spektrum
Garis Atomik
Jika sebuah
gas diletakkan di dalam tabung kemudian arus listrik dialirkan ke dalam tabung,
gas akan memancarkan cahaya. Cahaya yang dipancarkan oleh setiap gas
berbeda-beda dan merupakan karakteristik gas tersebut. Cahaya dipancarkan dalam
bentuk spektrum garis dan bukan spektrum yang kontinu. Kenyataan bahwa gas
memancarkan cahaya dalam bentuk spektrum garis diyakini berkaitan erat dengan
struktur atom. Dengan demikian, spektrum garis atomik dapat digunakan untuk
menguji kebenaran dari sebuah model atom.
Spektrum
garis membentuk suatu deretan warna cahaya dengan panjang gelombang berbeda.
Untuk gas hidrogen yang merupakan atom yang paling sederhana, deret panjang
gelombang ini ternyata mempunyai pola tertentu yang dapat dinyatakan dalam
bentuk persamaan matematis. Seorang guru matematika Swiss bernama Balmer
menyatakan deret untuk gas hidrogen sebagai persamaan berikut ini. selanjutnya,
deret ini disebut deret Balmer. Dimana panjang gelombang dinyatakan dalam
satuan nanometer (nm).
Beberapa
orang yang lain kemudian menemukan deret-deret yang lain selain deret Balmer
sehingga dikenal adanya deret Lyman, deret Paschen, Bracket, dan Pfund. Pola
deret-deret ini ternyata serupa dan dapat dirangkum dalam satu persamaan.
Persamaan ini disebut deret spektrum hidrogen.
................................(10)
Dimana R
adalah konstanta Rydberg (1,097 × 107
m−1).
-Deret Lyman (m = 1)
dengan n
= 2, 3, 4, ….
-Deret Balmer (m = 2)
dengan n
= 3, 4, 5 ….
-Deret Paschen (m = 3)
dengan n
= 4, 5, 6 ….
-Deret Bracket (m = 4)
dengan n = 5, 6, 7, ….
-Deret Pfund (m = 5)
dengan n = 6, 7, 8 ….
Dalam model
atom Rutherford, elektron berputar mengelilingi inti atom dalam lintasan atau
orbit. Elektron yang berputar dalam lintasan seolah-olah bergerak melingkar
sehingga mengalami percepatan dalam geraknya. Menurut teori elektromagnetik,
elektron yang mengalami percepatan akan memancarkan gelombang elektromagnetik
secara kontinu. Ini berarti elektron lama kelamaan akan kehabisan energi dan
jatuh ke dalam tarikan inti atom. Ini berarti elektron tidak stabil. Di pihak
lain elektron memancarkan energi secara kontinu dalam spektrum kontinu. Ini
bertentangan dengan kenyataan bahwa atom memancarkan spektrum garis. Ketidakstabilan
elektron dan spektrum kontinu sebagai konsekuensi dari model atom Rutherford tidak
sesuai dengan fakta bahwa atom haruslah stabil dan memancarkan spektrum garis.
Diperlukan penjelasan lain yang dapat menjelaskan kestabilan atom dan spektrum
garis atom hydrogen (Suprapto, 1987).
IV.
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Data Pengamatan
Dari percobaan yang telah dilakukan, maka diperoleh data pengamatan
seperti yang terlihat pada Tabel.4.1 berikut yaitu:
Tabel 4.1.
Pengukuran untuk lα, lβ, dan lγ
No
|
a(cm)
|
lα(cm)
|
lβ(cm)
|
lγ(cm)
|
1
|
20
|
8,5
|
6,2
|
6,0
|
2
|
25
|
10,3
|
6,0
|
7,8
|
3
|
30
|
11,5
|
6,3
|
8,0
|
B. Pembahasan
Ketika
gas atomik atau uap atomik yang bertekanan
rendah diberikan beda potensial, maka atom gas tersebut akan tereksitasi dan
akan memancarkan spektrum yang berisi
panjang-panjang gelombang tertentu saja. Spektrum garis yang dipancarkan setiap
unsur berbeda-beda, sehingga masing-masing unsur memiliki spektrum garis karakteristik. Pada akhir abad
kesembilanbelas ditemukan bahwa panjang gelombang yang terdapat pada spektrum atomik jatuh pada kumpulan tertentu yang disebut deret spektral. Deret spektral pertama didapatkan oleh J.J. Balmer pada tahun 1885 ketika ia mempelajari
bagian tampak dari spektrum Hidrogen.
Balmer melakukan
eksperimen untuk mengukur spektrum yang dipancarkan gas Hidroen dengan menempatkan gas Hidrogen dalam
tabung yang sudah dilengkapi dengan elektroda,(disebut lampu Balmer). Elektroda
lampu balmer disambungkan ke sumber tegangan DC, dan mengakibatkan lampu balmer
menyala dengan warna cahaya berwarna pink. Spektrum dari lampu balmer itu
kemudian diamati dengan menggunakan spektrometer dan tampak berupa spektrum garis. Fakta eksperimen tersebut bertentangan dengan model atom
Rutherford, yaitu bahwa spektrum atom
kontinyu. Hal inilah yang menjadi kelemahan dari model atom Rutherford. Baik Rutherford
maupun Balmer tidak bisa menjelaskan
secara teoritis mengapa spektrum atom itu
berupa spektrum garis atau spekrum diskrit.
Niels Bohr berusaha
menjelaskan secara teoretis fakta eksperimen yang diperoleh oleh balmer dan kawan-kawan.
Penjelasanya dinyatakan dalam bentuk postulat. Pada tahun 1913 Neils Bohr
mengajukan postulat tentang atom hidrogen sebagai berikut :
1. Atom hidrogen terdiri dari sebuah
elektron yang bergerak dalam suatu lintas edar berbentuk lingkaran mengelilingi
inti atom; gerak elektron tersebut dipengaruhi oleh gaya tarik coulomb sesuai
dengan kaidah mekanika klasik.
2. Lintas edar elektron dalam atom
hidrogen yang mantap hanyalah yang mempunyai harga momentum anguler L yang
merupakan kelipatan dari tetapan Planck dibagi 2p.
3. Dalam lintas edar yang mantap
elektron yang mengelilingi inti atom tidak memancarkan energi elektromagnetik.
Dalam hal tersebut energi totalnya tidak berubah.
4. Energi elektromagnetik dipancarkan
oleh sistem atom apabila suatu elektron yang melintasi orbit lain yang
berenergi Ef. Pancaran energi elektromagnetnya memiliki frekuensi n.
Percobaan ini dilakukan dengan menyiapkan alat dan
bahan terlebih dahulu. Alat dan bahan yang dibutuhkan seperti lampu Balmer,
layar tembus cahaya, lensa, bangku optik, dan lain sebagainya. Percobaan ini
dilakukan dengan menghidupkan lampu balmer dari sumber arus. Atur jarak antara
lensa dan bangku optik dengan menggeser-geser terali rouland. Dengan mengukur jarak yang berbeda-beda antara layar tembus cahaya dengan lensa,
perhatikan cahaya yang timbul pada layar. Atur kefokusan warna dengan
menggunakan celah variabel. Dimana fungsi celah variabel disini mengatur
kecerahan, fokus warna pada layar sehingga warna yang dihasilkan dari lampu
Balmer tampak cerah. Dan fungsi dari terali roulan yaitu untuk mengatur jarak
antara bangku optik dan lensa. Ukur jarak antara warna yang timbul pada layar.
Dari warna merah ke merah, merah ke biru, merah ke hijau. Lakukan percobaan
dengan jarak yang berbeda-beda atau yang telah ditentukan sebelumnya yaitu
sejauh 20 cm, 25 cm, dan 30 cm. Berikut adalah gambar untuk jarak lα,
lβ, dan lγ yang dihasilkan pada pada layar dalam percobaan
Deret Balmer:
lα = 8,5 cm
lβ=6,2 cm
lγ = 6 cm
Gambar 4.1
Pengukuran Pada lα, lβ, dan lγ dengan a = 20 cm
Berdasarkan Gambar 4.1 di atas dapat dilihat
bahwa nilai lα = 8,5 cm, lβ=6,2 cm,
dan lγ = 6 cm. Maka, didapat , 0° dan panjang gelombang yang didapat adalah 0,35 cm, 0,29 cm, dan
0,29 cm.
lα = 10,3 cm
lβ= 6,0 cm
lγ = 7,8 cm
Gambar
4.2 Pengukuran Pada lα, lβ, dan lγ dengan a = 25 cm
Untuk Gambar 4.2 di atas dapat dilihat bahwa nilai lα = 10,3 cm, lβ=6,0 cm, dan lγ=7,8 cm. Maka, dihasilkan , dan panjang gelombang yang didapat adalah 0,38
cm, 0,23 cm, dan 0,26 cm.
lα = 11,5 cm
lβ= 6,3 cm
lγ = 8,0 cm
Gambar
4.3 Pengukuran Pada lα, lβ, dan lγ dengan a = 30
cm
Untuk Gambar 4.3 dapat dilihat
bahwa nilai lα = 11,5 cm, lβ=6,3cm, dan lγ=8,0 cm. Maka, dihasilkan , dan panjang gelombang yang didapat adalah 0,36
cm, 0,20 cm, dan 0,26 cm.
Berdasarkan data ini diketahui bahwa semakin besar jarak a(cm) maka semakin besar juga nilai lα, lβ,
dan lγ. Dan sebaliknya semakin kecil jarak a(cm) maka semakin kecil
juga nilai lα, lβ, dan lγ. Percobaan ini
memperoleh nilai lα, lβ, dan lγ untuk
tiap-tiap jarak yang berbeda. Pengukuran lα dilakukan dari garis
warna merah yang diam sebagai pusat ke garis warna merah. Pengukuran lβ
dilakukan dari garis warna merah yang diam sebagai pusat ke garis warna biru. Pengukuran lγ
dilakukan dari garis warna merah yang diam sebagai pusat ke garis warna hijau pada layar.
Perbedaan panjang gelombang pada tiap
warna disebabkan oleh perbedaan tingkat kulit tempat dimana elektron
tereksitasi. Jika elektron tereksitasi ke kulit ke 6 dan kembali ke kulit ke
dua, maka melepaskan energi yang memancarkan warna ungu. Sementara, jika elektron
dari kulit ke 5 menuju kulit ke 2, akan melepaskan energi yang memancarkan
warna biru (agak kehijauan). Kemudian, jika electron yang tereksitasi dari ke
kulit ke3, kembali ke kulit ke 2, memancarkan warna merah.
Bayangan
yang dihasilkan akan terlihat seperti satu sumber apabila cahaya melewati celah
sempit. Garis spekral inilah yang sebenarnya bukan merupakan garis tunggal,
tetapi terdiri dari beberapa garis warna yang berdekatan satu sama lain. Hal
inilah yang menunjukkan bahwa cahaya yang digunakan adalah cahaya polikromatis
dimana akan timbul spektrum warna. Spektrum warna tersebut timbul akibat rotasi
dan vibrasi atom dalam molekul yang tereksitasi. Semakin kecil panjang
gelombang maka spektrum atau jarak antara warna menjadi semakin dekat dan
intensitasnya melemah, dan ini terlihat dari warna garis spektrum yang memudar. Dari hasil pengamatan saat percobaan berupa
sudut untuk setiap warna pada masing-masing orde, dari sinilah kita dapat
menghitung panjang gelombang rata-rata dan konstanta Rydberg.
Spektrum garis membentuk suatu deretan
warna cahaya dengan panjang gelombang berbeda. Dengan mengetahui hubungan
antara panjang gelombang, orde difraksi, dan sudut difraksi, dapat diketahui
lebar celah sempit yang dilewati oleh spektrum cahaya yang bersangkutan. Untuk
gas hidrogen yang merupakan atom yang paling sederhana, deret panjang gelombang
ini ternyata mempunyai pola tertentu yang dapat dinyatakan dalam bentuk
persamaan matematis yang dikemukakan oleh Balmer. Difraksi merupakan pola
penyebaran gelombang akibat adanya halangan celah sempit pada medium merambat
gelombang tersebut. Semakin kecil halangan, penyebaran gelombang semakin besar.
Hal ini bisa diterangkan oleh prinsip Huygens.
Praktikum deret balmer yang kami lakukan ini bertujuan untuk menghitung panjang gelombang berbagai spektrum warna
pada atom hidrogen dan
membandingkannya dengan hasil teori. Deret Balmer ini bukan hanya dapat
diterapkan dalam praktikum ini saja, melainkan dapat diaplikasikan di kehidupan
sehari-hari seperti diterapkan untuk sinar pada TV sehingga kita dapat melihat
berbagai warna pada layar TV, dalam bidang telekomunikasi sebagai pembawa
informasi holografi dalam penyimpanan data maupun dalam dunia militer senjata.
Dalam konstanta Rydberg deret Balmer dapat diterapkan sebagai barcode di
supermaket. Dan digunakan untuk melihat dan menghitung spektrum cahaya serta
spektrum garis atomik dari suatu atom.
Sesuai percobaan ini, deret Balmer
sendiri dapat didukung atau dipengaruhi oleh jarak (a) dan intensitas cahaya.
Jauh atau dekatnya jarak sangat berpengaruh terhadap niali lα, lβ,
dan lγ yang dihasilkan, karena antara jarak (a) dan lα,
lβ, dan lγ adalah sebanding. Intensitas cahaya juga
mempengaruhi jelas atau tidaknya gambar dari spektrum warna yang dihasilkan. Apabila intensitas
cahaya semakin gelap maka gambar yang diperoleh akan semaikn jelas/baik
sehingga memudahkan praktikan untuuk mengamati dan menghitung lα, lβ,
dan lγ. Begitupun sebaliknya, jika intensitas cahaya semakin terang
maka semaikin kabur (tidak jelas) gambar dari spektrum warna yang dihasilkan
pada layar.
Dari percobaan ini juga diketahui
hubungan antara jarak a(cm) dengan Hα, Hβ, dan Hγ.
Semakin besar jarak a(cm) maka semakin besar juga nilai Hα, Hβ,
dan Hγ. Dan sebaliknya semakin kecil jarak a(cm) maka semakin kecil
juga nilai Hα, Hβ, dan Hγ. Pengukuran Hα,
Hβ, dan Hγ sama dengan pengukuran lα, lβ,
dan lγ.
Pada praktikum ini terdapat banyak kendala yang membuat
percobaan kemungkinan mengalami beberapa kesalahan saat
pengambilan data. Kendala itu antara
lain, ruangan yang terlalu gelap sehingga tidak dapat melihat dengan jelas saat
menentukan jarak a(cm), pengaruh cahaya luar yaitu
cahaya matahari dan lampu di sekitar ruangan yang terlalu terang sehingga
mempengaruhi spektrum warna yang ditimbulkan
tidak nampak dengan jelas, lampu Balmer
yang redup (putus) sehingga percobaan yang dilakukan hanya sebatas tiga kali
perpindahan jarak dan warna garis
spektrum biru yang kurang jelas terlihat sehingga tidak dapat menentukan nilai Hβ
dengan tepat pada kertas (layar tembus cahaya).
Post a Comment