I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Spektrum emisi suatu unsur kimia atau senyawa kimia adalah spektrum frekuensi radiasi elektromagnetik yang dipancarkan atomunsur atau molekul kompleks tersebut ketika mereka kembali kekeadaan energi yang lebih rendah. Spektrum emisi pada setiap elemen adalah unik. Oleh karena itu, spektroskopi dapat digunakan untuk mengidentifikasi elemen-elemen dalam hal komposisi diketahui. Demikian pula, spektrum emisi molekul dapat digunakan dalam analisis kimia zat. Dalam fisika, emisi adalah proses dimana sebuah kuantum energi yang lebih tinggi pada area mekanik partikel dikonversi ke yang lebih rendah melalui emisi foton, sehingga memproduksi cahaya. Frekuensi cahaya yang dipancarkan adalah fungsi dari energi transisi. Karena energi harus dipertahankan maka perbedaan energi antara area ini sama dengan energi yang dibawa oleh foton. Keadaan energi dari transisi dapat menyebabkan emisi selama rentang yang sangat besar frekuensi.

Para daya pancar dari suatu objek mengkuantifikasi berapa banyak cahaya yang dipancarkan oleh itu. Hal ini berkaitan dengan sifat-sifat lainnya dari objek melalui hukum Stefan-Boltzmann. Untuk sebuah zat , jumlah emisi bervariasi dengan suhu dan komposisi spektroskopi objek, menyebabkan munculnya temperatur warna dan garis emisi. Pengukuran yang tepat pada panjang gelombang banyak memungkinkan identifikasi zat melalui spektroskopi emisi. Emisi radiasi biasanya digambarkan dengan menggunakan semi klasik mekanika kuantum: energi partikel tingkat dan jarak ditentukan dari mekanika kuantum, dan cahaya diperlakukan sebagai medan listrik osilasi yang dapat mendorong transisi jika berada dalam resonansi dengan frekuensi alami sistem. Para mekanika kuantum masalah diperlakukan menggunakan tergantung waktu teori kekacauan dan menyebabkan hasil umum dikenal sebagai aturan emas Fermi. Deskripsi telah digantikan oleh elektrodinamika kuantum, meskipun versi semi klasik terus menjadi lebih berguna dalam banyak kasus.

Absorpsi atom dan spektra emisi memiliki pita yang sangat sempit di bandingkan spektrometri molekuler. Emisi atom adalah proses di mana atom yang tereksitasi kehilangan energi yang disebabkan oleh radiasi cahaya. Misalnya, garam-garam logam akan memberikan warna di dalam nyala ketika energi dari nyala tersebut mengeksitasi atom yang kemudian memancarkan spektrum yang spesifik. Sedangkan absorpsi atom merupakan proses di mana atom dalam keadaanenergi rendah menyerap radiasi dan kemudian tereksitasi.

Energi yang diabsorpsi oleh atom disebabkan oleh adanya interaksi antara satu elektron dalam atom dan vektor listrik dari radiasi elektromagnetik. Ketika menyerap radiasi, elektron mengalami transisi dari suatu keadaan energi tertentu ke keadaan energi lainnya. Misalnya dari orbital 2s ke orbital 2p. Pada kondisi ini, atom-atom di katakan berada dalam keadaan tereksitasi (pada tingkat energi tinggi) dan dapat kembali pada keadaan dasar (energi terendah) dengan melepaskan foton pada energi yang sama.


B. Tujuan Percobaan

     Adapun tujuan dari percobaan yang dilakukan ini adalah:
1. Mahasiswa dapat membuktikan atau mengidentifikasi bahan dengan menganalisa spektrum.
2. Mahasiswa dapat menentukan panjang gelombang dari masing-masing garis spektrum.


 
  II. TINJAUAN PUSTAKA

A.    Interaksi Radiasi Dengan Materi
     Radiasi berinteraksi dengan spesies kimia, dan kita dapat memperoleh informasi mengenai spesies tersebut. Interaksi ini dapat berupa refleksi, refraksi dan difraksi. Cara interaksi dengan suatu sampel dapat dengan absorpsi, pemendaran (luminenscence), emisi, dan penghamburan (scatting) tergantung pada sifat materi.

     Absorpsi merupakan suatu berkas radiasi elektromagnetik, bila dilewatkan melalui sampel kimia, sebagian akan terabsorpsi. Energi elektromagnetik ditransfer ke atom atau molekul dalam sampel, berarti pertikel terpromosikan dari tingkat energi yang lebih rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi yaitu tingkat tereksitasi. Absorpsi tergantung pada keadaan tisis, lingkungan spesies pengabsorpsi dan faktor-faktor lainnya. Pada absorpsi atom, atom dieksitasikan ke tingkat yang lebih tinggi pada radiasi UV dan tampak menyebabkan transisi elektron valensi dalam unsur (Underwood, 2002).

     Emisi radiasi merupakan radiasi elektromagnetik di hasilkan bila ion, atom atau molekul tereksitasi kembali ketingkat energi lebih rendah atau energi dasar. Eksitasi dapat dilakukan dengan nyala, bunga api atau loncatan listrik. Partikel teradiasi menghasilkan radiasi dengan panjang gelombang tertentu, suatu spektrum garis.

      Pendar flour dan penda-fosfor, merupakan salah satu jenis proses emisi. Atom atau molekul tereksitasi dengan absorpsi radiasi elektromagnetik dan suatu emisi terjadi jika spesies tereksitasi kembali ke keadaan dasar. Pendar flour terjadi lebih cepat dari pada pendar-fosfor dan berakhir sekitar 10-5 detik atau kurang setelah eksitasi. Emisi pendar-fosfor terjadi lebih lama dari 10-5 detik dan dapat berlangsung beberapa menit atau bahkan berjam-jam setelah radiasi dihentikan.

    Penghamburan seperti pada proses absorpsi emisi dan pemendaran maka penghamburan radiasi elektromagnetik tidak memerlukan. Penghamburan meliputi pengacakan arah berkas. Jika suatu berkas radiasi elektromagnetik tiba pada suatu partikel yang kecil, partikel mengalami gangguan baik akibat medan listrik maupun medan magnet yang berotasi selama radiasi (Endro, 2004).

B.     Spektrum Emisi dan Spektrum Absorpsi Atom
     Spektrum merupakan bukti adanya tingkat-tingkat energi dalam suatu atom. Spektrum dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu spektrum emisi dan spektrum absorpsi yang dapat diamati menggunakan spektroskop. Spektrum emisi dihasilkan oleh suatu zat yang memancarkan gelombang elektromagnetik dan dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu spektrum garis, spektrum pita, dan spektrum kontinu. Spektrum garis dihasilkan oleh gas-gas bertekanan rendah yang dipanaskan. Spektrum ini terdiri dari garis-garis cahaya monokromatis dengan panjang gelombang tertentu yang merupakan karakteristik dari unsur yang menghasilkan spektrum tersebut. Spektrum pita dihasilkan oleh gas-gas dalam keadaan molekuler, misalnya gas H2, N2, O2, dan CO. Spektrum yang dihasilkan berupa kelompok-kelompok garis yang sangat rapat sehingga membentuk pita-pita. Spektrum kontinu adalah spektrum yang terdiri atas cahaya dengan semua panjang gelombang, walaupun dengan intensitas yang berbeda. Spektrum ini dihasilkan oleh zat padat, zat cair, dan gas yang berpijar (Higuchi, 1961).

    Spektrum absorpsi adalah spektrum yang terjadi karena penyerapan panjang gelombang tertentu oleh suatu zat terhadap radiasi gelombang elektromagnetik yang memiliki spectrum kontinu. Spectrum ini terdiri dari sederetan garis-garis hitam pada spectrum kontinu. Contoh spectrum absorpsi adalah spectrum matahari. Secara sepintas spectrum matahari terlihat seperti spectrum kontinu. Akan tetapi, jika dicermati akan tampak garis-garis terang-gelap yang disebut garis-garis franhoufer. Adanya garis-garis franhoufer disebabkan cahaya putih dari bagian inti matahari diserap oleh atom-atom atau molekul-molekul gas dalam atmosfer matahari maupun atmosfer bumi.

    Atom dapat mengadsorpsi atau melepas energi sebagai foton hanya jika energi foton (hν) tepat sama dengan perbedaan energi antara keadaan tereksitasi (E) dan keadaan dasar (G). Absorpsi dan emisi dapat terjadi secara bertahap maupun secara langsung melalui lompatan tingkatan energi yang besar. Misalnya, absorpsi dapat terjadi secara bertahap dari G → E1 → E2 , tetapi dapat terjadi juga tanpa melalui tahapan tersebut G →E2.

     Panjang gelombang yang diserap oleh atom dalam keadaan dasar akan sama dengan panjang gelombang yang diemisikan oleh atom dalam keadaan tereksitasi, apabila energi transisi kedua keadaan tersebut adalah sama tetapi dalam arah yang yang berlawanan. Atom dapat mengadsorpsi atau melepas energi sebagai foton hanya jika energi foton (hν) tepat sama dengan perbedaan energi antara keadaan tereksitasi (E) dan keadaan dasar (G) (Wikipedia, 2014).


C.    Spektrofotometri Emisi Atom

    Spektrofotometri adalah ilmu yang mempelajari tentang penggunaan spektrofotometer. Spektrofotometer adalah alat yang terdiri dari spektrofotometer dan fotometer. Spektofotometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan, atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu, dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi.

    Spektroskopi emisi merupakan spektroskopi atom dengan menggunakan sumber eksitasi selain nyala api seperti busur listrik atau bunga api. Belakangan ini sumber eksitasi yang sering digunakan adalah plasma argon. Metode ini bersifat spesifik dan peka. Metode memerlukan persiapan sampel yang minimum, seperti sampel dapat langsung diletakkan pada sumber eksitasi. Gangguan unsur-unsur lain pada temperatur eksitasi lebih tinggi, namun semuanya tidak berarti. Karena pada saat yang sama dapat diambil spektrum dari dua unsur atau lebih. Keterbatasannya adalah perekaman yang dilakukan pada kertas fotografi, yang perlu dicetak dan diinterprestasi. Intensitas radiasi tidak selalu reprodusibel dan kesalahan relatif melebihi 1-2% (Khopkar, 1990).

   Sumber eksitasi sangat berpengaruh terhadap bentuk dan intensitas emisi. Selain menyediakan energi yang cukup untuk menguapkan sampel, sumber juga menyebabkan eksitasi elektronik partikel-partiekl elementer dalam gas. Garis spektrum kejadiannnya yang terakhir inilah berguna untuk analisis spektroskopi emisi. Molekul tereksitasi pada fase gas mengemisi spektrum, yaitu akibat transisi dari suatu energi tereksitasi (E2) ke suatu tingkat energi yang lebih rendah (E1) dengan pemancaran (emisi) foton dengan energi hv.

hv = E2 – E1                                  Persamaan ………( 1)

    Pada masing-masing tingkat elektronik suatu molekul, terdapat sejumlah subtingkat vibrasi, rotasi dengan energi yang berbeda, sehingga radiasi molekul tereksitasi meliputi sejumlah frekuensi yang terkumpul dalam pita-pita; masing-masing pita sesuai dengan suatu transisi dari suatu tingkat tereksitasi ke tingkat energi elektronik lain yang lebih rendah. Sedangkan atom tereksitasi atau ion monoatom pada fase gas mengemisikan spektrum garis. Pada spektrum suatu spesies monoatomik tidak dijumpai struktur halus (fine structure) vibrasi dan rotasi, sehingga spektrum emisi merupakan suatu deret frekuensi individual myang sesuai dengan transisi antara berbagai tingkat energi elektronik. Suatu garis spektrum mempunyai ketebalan spesifik. Spektrum emisi, absorpsi atau pendar-fluor partikel atom terdiri dari garis-garis sempit tertentu tempatnya yang berasal dari transisi elektronik elektron terluar (Kemp, 1975).

    Pengukuran dengan spektroskopi emisi dapat dimungkinkan karena masing-masing atom mempunyai tingkat energi tertentu yang sesuai dengan posisi elektron. Pada keadaan normal, elektron-elektron ini berada pada tingkat dasar dengan energi terendah. Penambahan energi baik secara termal maupun elektrikal, menyebabkan satu atau lebih elektron diletakkan pada tingkat energi lebih tinggi, menjauh dari inti. Elektron tereksitasi ternyata lebih suka kembali ke tingkat dasar dan pada proses ini kelebihan energi dipancarkan dalam bentuk energi radiasi foton. Jika energi eksitasinya semakin besar, maka energi emisinya juga semakin besar. Absorpsi sendiri (self absorpsion) kadangkala menurunkan intensitas emisi. Orbital-orbital yang terlihat dalam transisi elektronik tidak semua transisi dari orbital terisi ke orbital tak terisi terjadi. Di mana transisi adalah “forbidden”, maka kebolehjadian terjadinya transisi adalah rendah dan intensitas jalur serapnyapun rendah. Karena elektron dalam molekul memiliki tenaga yang tak sama, maka tenaga yang diserap dalam proses eksitasi dapat menyebabkan terjadinya 1 atau lebih transisi tergantung pada jenis elektron yang terlihat (Nana, 2014).

    Asal usul spektra dalam spektoskopis molekul adalah emisi atau absorpsi sebuah foton. Ketika energi molekul berubah. Perbedaannya dengan spektroskopis atom adalah energi molekul dapat berubah tidak hanya sebgai hasil transisi elktronik tetapai juga karena transisi antara keadaan vitrasi dan rotasinya. Karena itu, spektra molekul lebih rumit dari pada spektra atom. Spektra molekul juga mengandung informasi yang berhubungan dengan banyak sifat. Analisisnya menghasilkan nilai tentang kekuatan panjang dan sudut ikatan spektra juga menyediakan cara untuk mengukur berbagai sifat molekul khusunya momen dipol untuk (Atkins, 1996).

D.    Jenis Spektrum
     Spektrum merupakan suatu bukti adanya tingkat-tingkat energi dalam suatu atom. Spektrum dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu spektrum emisi dan spektrum absorpsi yang dapat diamati menggunakan spektroskop. Spektrum emisi dihasilkan oleh suatu zat yang memancarkan gelombang elektromagnetik dan dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu spektrum garis, spektrum pita, dan spektrum kontinu. Spektrum absorpsi adalah spektrum yang terjadi karena penyerapan panjang gelombang tertentu oleh suatu zat terhadap radiasi gelombang elektromagnetik yang memiliki spektrum kontinu. Spektrum ini terdiri dari sederetan garis-garis hitam pada sederetan spektrum kontinu. Contoh spektrum absorpsi adalah spektrum matahari. Secara sepintas spektrum matahari tampak seperti spektrum kontinu. Akan tetapi, jika dicermati akan tampak garis-garis gelap terang yang disebut dengan garis-garis Fraunhofer. Gejala emisi dan absorpsi pertama kali dijelaskan oleh Kirchoff pada tahun 1869 dengan mengajukan tiga hukum analisis spektrum, yaitu:
1). Zat padat ataupun zat cair yang memijar akan memancarkan cahaya dengan spektrum pada seluruh panjang gelombang, sehingga menghasilkan spektrum kontinu.
2). Gas renggang yang memijar akan memancarkan cahaya dengan spektrum berupa garis-garis terang yang dinamakan spektrum garis.
3). Cahaya putih dari sumber cahaya bila dilewatkan dari gas renggang yang dingin, maka gas itu akan menyerap panjang gelombang tertentu sehingga pada spektrum kontinu terdapat garis-garis gelap yang dinamakan garis serat atau garis absorbsi. Panjang garis serat ini tepat sama dengan panjang gelombang garis emisi ini bila gas itu memijar.

    Ternyata unsur-unsur kimia tertentu bila dalam keadaan gas akan menghasilkan pola garis atau garis terang yang memiliki ciri khas tertentu. Ini berarti tiap gas tertentu hanya menyerap atau memancarkan panjang gelombang cahaya tertentu saja. Pola-pola garis spektrum unsur-unsur ini dapat digunakan untuk manganalisis unsur yang dikandung oleh sumber cahaya. Adanya pola karakteristik spektrum garis unsur tertentu ini dapat digunakan sebagai indikator adanya unsur tersebut pada sumber yang memancarkan cahaya itu (Willard, 1989).


 III. PROSEDUR PERCOBAAN.

3.1 Alat dan Bahan

     Adapan alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut:
     1. Bingkai untuk lampu spektrum.
     2. Lampu Spektrum AgZnCd 100
            3. Lampu Spektrum Na 100
            4. Trafo Universal.
            5. Bangku optik kecil
            6. Jepitan Meja
            7. Jepitan Leybolt
            8. Celah Variable.
            9. Penunjang pakai jepitan per




    10. Layar tembus cahaya
    11. Lemsa 1-50mm
    12. Lensa 1-100mm
    13. Lavil trali roland

3.2 Prosedur Percobaan
Prosedur dari percobaan Spektrum Absorpsi dan Emisi ini adalah sebagai berikut.
1.      Menyusun alat sesuai skema dengan memasukkan salah satu lampu.
2.      Memasangnya di ujung awal bangku optik.Menghubungkan ke trafo universal dan menghidupkannya.
3.      Memasang lensa 1-50 mm, celah variable, lensa 1-100 mm dan layar tembus cahaya pada bangku optik sesuai skema.
4.      .Menerangi sempurna celah dan menggeser lensa 1-100 mm sampai celah tergambar jelas pada layar tembus cahaya.
5.      Memasukkan lavia terali rouland pada penunjang dengan jepitan per dan memasangnya diantara lensa 1-100 mm dan layar tembus cahaya pada bangku optik.
6.      Memberikan spektrum garis karakteristik bagi atom-atom yang teremisi pada Lampu spektrum yang berbeda-beda.
7.      Membandingkan spektrum yang berbeda tersebut dengan tabel spektrum dari bahan yang digunakan, sehingga dapat menentukan panjang gelombang dari masing-masing garis spektrum.
8.      Menutup celah variabel sampai garis spektrum masing-masing terpisah pada layar.
9.      Secara berurutan memasang lampu spektrum yang berbeda pada bingkainya dan membandingkan spektrum tersebut satu sama lain.



3.3.  Sketsa Alat



IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN



A.   Data Pengamatan

Adapun data yang diperoleh seperti pada Tabel 1 dan Tabel 2 berikut ini :.

Tabel 1. Hasil Pengamatan Untuk Sumber Cahaya Lampu Natrium
No
Celah Variabel(cm)
a (cm)
Warna Spektrum
Lebar Spektrum(cm)
Warna Spektrum
Jarak Antar Spektrum(cm)
1
0,4
9,3
Orange 1
0,3
O1 – O2
4,3

0,4
9,3
Orange 2
0,2
O1 – O3
8,4

0,4
9,3
Orange 3
0,4









2
0,6
9,3
Orange 1
0,4
O1 – O2
4,0

0,6
9,3
Orange 2
0,2
O1 – O3
8,2

0,6
9,3
Orange 3
0,4









3
0,8
9,3
Orange 1
0,3
O1 – O2
3,4

0,8
9,3
Orange 2
0,2
O1 – O3
8,2

0,8
9,3
Orange 3
0,2



Tabel 2. Hasil Pengamatan Untuk Sumber Cahaya Lampu AgZnCd
No
Celah Variabel(cm)
a (cm)
Warna Spektrum
Lebar Spektrum(cm)
Warna Spektrum
Jarak Antar Spektrum(cm)
1
0,4
14,5
Kuning
0,25
K – U1
3,5

0,4
14,5
Orange 1
0,10
K – U2
4,0

0,4
14,5
Orange 2
0,15
K – O1
4,8

0,4
14,5
Ungu 1
0,30
K – O2
5,2

0,4
14,5
Ungu 2
0,20
K – H1
4,5

0,4
14,5
Hijau 1
0,20
K – H2
4,8

0,4
14,5
Hijau 2
0,20









2
0,6
14,5
Kuning
0,25
K – U1
4,0

0,6
14,5
Orange 1
0,30
K – U2
4,2

0,6
14,5
Orange 2
0,25
K – O1
5,9

0,6
14,5
Ungu 1
0,20
K – O2
5,7

0,6
14,5
Ungu 2
0,20
K – H1
5,0

0,6
14,5
Hijau 1
0,20
K – H2
5,3

0,6
14,5
Hijau 2
0,25









3
0,8
14,5
Kuning
0,30
K – U1
4,2

0,8
14,5
Orange 1
0,25
K – U2
4,4

0,8
14,5
Orange 2
0,25
K – O1
5,7

0,8
14,5
Ungu 1
0,30
K – O2
6,1

0,8
14,5
Ungu 2
0,20
K – H1
5,2

0,8
14,5
Hijau 1
0,20
K – H2
5,3

0,8
14,5
Hijau 2
0,25



B.       Pembahasan

Di dalam percobaan ini hal yang pertama kali dilakukan yaitu menyiapkan semua alat dan bahan yang di butuhkan serta mengecek kelengkapan alat yang dibutuhkan, antara lain: lampu Na, lampu (berisi Ag, Zn, Cd), catu daya, jepitan meja, bangku optik kecil, jepitan leybold, celah variabel, jepitan penunjang per, terali rouland, lensa f = 50 mm, lensa f = 100 mm, layar tembus cahaya, pita ukur, dan pensil. Setelah semua alat dan bahan telah disiapkan secara lengkap dan disusun sesuai dengan sketsa percobaan. Selanjutnya merangkai peralatan. Karena semua peralatan yang dibutuhkan telah dirangkai secara sempurna oleh asisten, sehingga praktikan hanya perlu menghubungkan catu daya dengan sumber listrik lalu menghidupkan trafo universal kemudian menunggu hingga lampu (sumber cahaya) menyala. Sebelum memulai pengambilan data asisten menerangkan cara kerja alat dan menjelaskan terkait proses pengambilan data agar sesuai dengan prosedur yang ada dalam buku panduan. Percobaan ini menggunakan dua lampu sebagai sumber cahaya yang berbeda jenis secara bergantian yaitu berupa lampu Na dan AgZnCd. Percobaan pertama dilakukan menggunakan lampu Natrium yang dipasangkan pada bangku optik. Setelah itu meletakkan posisi lensa 1-50 mm tepat didepan lampu Na. Selanjutnya memasangkan celah variabel dan lensa 1-100 mm pada bangku optik serta layar tembus cahaya. Celah variabel berguna sebagai celah penerima sinar dan berfungsi untuk mengatur intensitas warna spektrum yang dihasilkan oleh lampu yang sebelumnya masuk pada lensa 1-50 mm. Dari celah variabel, sinar akan diteruskan menuju lensa 1-100 mm dan melewati lavil terali rouland. Lavil terali rouland ini berfungsi untuk mengatur jarak antara bangku optik dan layar tembus cahaya, hingga akhirnya sinar sampai ke layar tembus cahaya. Pada saat percobaan menggunakan sumber cahaya dari lampu Na, warna spektrum yang dihasilkan berupa warna orange dengan  lebar celah yang digunakan adalah 0,4 cm, 0,6 cm dan 0,8 cm. Percobaan selanjutnya menggunakan sumber cahaya lampu AgZnCd, pada percobaan ini lebar celah variabel yang digunakan sama seperti pada lampu Na yaitu 0,4 cm, 0,6 cm, 0,8 cm. Warna spektrum yang dihasilkan berupa warna kuning, orange, hijau dan ungu. Kemudian barulah praktikan melakukan proses pengambilan data dan mengidentifikasi bahan dengan menganalisa spektrum yang dihasilkan oleh kedua lampu tersebut.

Setiap alat dan bahan yang digunakan memilki fungsi dan kegunaan masing-masing. Dalam hal ini menunjukkan bahwa setiap alat sangat berperan besar dan berpengaruh terhadap hasil maupun data pengamatan yang akan di dapatkan dalam percobaan. Seperti  halnya penggunaan celah variabel, yang memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam pengambilan data sehingga perlu adanya pendataan terhadap besar nilai celah variabel yang digunakan. Dalam percobaan ini nilai celah variabel yang digunakan adalah sebesar 0.4 cm 0.6 cm 0.8 cm. Penggunaan nilai–nilai ini tentu memiliki alasan terhadap hasil pengamatan bahwasannya besar kecilnya nilai celah variabel yang digunakan berpengaruh terhadap lebar spektrum cahaya yang tampak pada layar tembus cahaya. Semakin besar nilai celah variabel yang digunakan maka semakin jauh pula spektrum cahaya yang di hasilkan. Hal ini dapat dibuktikan berdasarkan data pengamatan yang telah diperoleh. Data pengamatan pada Tabel 4.1 percobaan dengan lampu Natrium menunjukkan bahwa semakin besar nilai celah variabel maka akan semakin dekat jarak antar spektrum dan semakin kecil nilai celah variable maka akan semakin jauh jarak antar spektrum yang dihasilkan (saling berbanding terbalik).

Spektrum merupakan suatu bukti adanya tingkat-tingkat energi dalam satu atom. Spektrum dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu spektrum Emisi dan spektrum Absorpsi  yang dapat diamati menggunakan spektroskop. Spektrum emisi dihasilkan oleh suatu zat yang memancarkan gelombang elektromagnetik dan dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu spektrum garis, spektrum pita, dan spektrum kontinu. Spektrum garis dihasilkan oleh gas-gas yang bertekanan rendah yang dipanaskan. Spektrum pita dihasilkan oleh gas dalam keadaan molekuler, misalnya gas H2, O2, N2, dan CO. Spektrum kontinu adalah spektrum yang terdiri atas cahaya dengan semua panjang gelombang, walaupun dengan intensitas yang berbeda. Spektrum Absorpsi adalah spektrum yang terjadi karena penyerapan panjang gelombang tertentu oleh suatu zat terhadap radiasi gelombang elektromagnetik yang memiliki spektrum kontinu. Contoh spektrum absorpsi adalah spektrum matahari.

Ternyata unsur-unsur kimia tertentu bila dalam keadaan gas akan menghasilkan pola garis atau garis terang yang memiliki ciri khas tertentu. Ini berarti tiap gas tertentu hanya menyerap atau memancarkan panjang gelombang cahaya tertentu saja. Pola-pola garis spektrum unsur-unsur ini dapat digunakan untuk manganalisis unsur yang dikandung oleh sumber cahaya. Adanya pola karakteristik spektrum garis unsur tertentu ini dapat digunakan sebagai indikator adanya unsur tersebut pada sumber yang memancarkan cahaya itu.
Adanya garis-garis gelap pada spektrum kontinu sinar matahari pertama kali diamati oleh Wallaston tahun 1802. Selanjutnya pada tahun 1814 dan 1815, Fraunhofer melakukan penelitian yang seksama dan menggunakan sekitar 600 garis gelap dalam spektrum kontinu sinar matahari, sehingga garis-garis gelap ini dinamakan garis-garis Fraunhofer. Adanya garis-garis Fraunhofer dalam spektrum sinar matahari, memberikan indikasi adanya unsur-unsur kimia tertentu yang ada pada bagian luar matahari yang menyerap panjang gelombang tersebut.

Garis-garis gelap seperti ini juga terdapat pada spektrum bintang, sehingga dengan begitu kita dapat mempelajari unsur-unsur kimia yang ada pada bintang tersebut berdasarkan pada pola garis gelap yang ada pada spektrum bintang tersebut. Penelitian yang lebih jauh terhadap spektrum bintang juga bisa memberi petunjuk mengenai keadaan suhu, tekanan, turbulensi, keadaan medan magnetik dan medan listriknya, dan beberapa keadaan fisis bintang lainnya. Misalnya analisis pergeseran spektrum bisa memberikan informasi gerak bintang apakah menjauhi atau mendekati kita, juga informasi mengenai massa bintang dengan menggunakan hukum relativitas umum Einstein. Studi mengenai spektrum benda-benda langit ini merupakan cara yang sangat berguna bagi Astronom untuk mendapatkan data tentang jagat raya ini.

Pada saat sumber cahaya dari lampu Na dinyalakan maka akan didapatkan sebuah pancaran garis berupa spektrum cahaya yang berwarna orange. Hasil pengamatan pada percobaan ini terlihat pada Gambar 15, Gambar 16, dan Gambar 17 berikut.



Gambar 15. Garis cahaya lampu Na pada celah variabel 0,4 cm
Garis spektrum berwarna orange dari Gambar 15 mempunyai jarak antar spektrum yang berbeda, sedangkan jarak antara terali rouland terhadap layar tembus cahaya bernilai tetap yakni 9,3 cm. Pada celah variable selebar 0,4 cm diperoleh lebar spektrum orange1=0,3 cm, orange2= 0,2 cm, dan orange3=0,4 cm serta jarak warna spektrum antara orange1-orange2=4,3 cm dan orange1-orange3=8,4 cm.

 
 Gambar 16. Garis cahaya lampu Na pada celah variabel 0,6 cm
Garis spektrum berwarna orange dari Gambar 16 mempunyai jarak antar spektrum yang berbeda, sedangkan jarak antara terali rouland terhadap layar tembus cahaya bernilai tetap yaitu 9,3 cm. Pada celah variable selebar 0,6 cm didapatkan lebar spektrum orange1=0,4 cm, orange2= 0,2 cm, dan orange3=0,4 cm serta jarak warna spektrum antara orange1-orange2=4,0 cm dan orange1-orange3=8,2 cm. 


 Gambar 17. Garis cahaya lampu Na pada celah variabel 0,8 cm
Garis spektrum berwarna orange dari Gambar 17 mempunyai jarak antar spektrum yang berbeda, sedangkan jarak antara terali rouland terhadap layar tembus cahaya bernilai tetap yakni 9,3 cm. Pada celah variable selebar 0,8 cm diperoleh lebar spektrum orange1=0,3 cm, orange2= 0,2 cm, dan orange3=0,2 cm serta jarak warna spektrum antara orange1-orange2=3,4 cm dan orange1-orange3=8,2 cm.
Selanjunya percobaan menggunakan sumber cahaya berupa lampu AgZnCd. Pada pecobaan ini, spektrum yang dihasilkan memiliki aneka warna yang bervariasi seperti yang tertera pada Gambar 18, Gambar 19, dan Gambar 20 dibawah ini:


Gambar 18. Garis cahaya lampu AgZnCd pada celah variabel 0,4 cm
Gambar 4.4 merupakan spektrum cahaya yang di hasilkan oleh lampu AgZnCd dengan nilai celah variabel 0,4 cm dan nilai (a) atau jarak antara terali rouland dengan layar tembus cahaya sejauh 14,5 cm. Dan diperoleh nilai lebar spektrum warna kuning=0,25cm, spektrum berwarna kuning ini merupakan warna pusat. Dari warna kuning kesebelah kiri diperoleh lebar spektrum orange1=0,10cm, hijau1=0,20cm, dan ungu1=0,30cm. Dari warna kuning ke sebelah kanan diperoleh lebar spektrum untuk warna ungu2=0,20cm, hijau2= 0,20cm, serta orange2 = 0,15cm. Sedangkan jarak antar spektrum dari warna kuning-ungu1=3,5cm, kuning-ungu2=4,0cm, kuning-orange1=4,8cm, kuning-orange2=5,0cm, kuning-hijau1=4,5cm, dan kuning-hijau2=4,8cm.


Gambar 19. Garis cahaya lampu AgZnCd pada celah variabel 0,6 cm.
Gambar 4.5 merupakan spektrum cahaya yang di hasilkan oleh lampu AgZnCd dengan nilai celah variabel 0,6cm dan nilai (a) atau jarak antara terali rouland dengan layar tembus cahaya sejauh 14,5cm. Dan diperoleh nilai lebar spektrum warna kuning=0,25cm, spektrum berwarna kuning ini merupakan warna pusat. Dari warna kuning kesebelah kiri diperoleh lebar spektrum orange1=0,30cm, hijau1=0,20cm, dan ungu1=0,20cm. Dari warna kuning ke sebelah kanan diperoleh lebar spektrum untuk warna ungu2=0,20cm, hijau2= 0,25cm, serta orange2 = 0,25cm. Sedangkan jarak antar spektrum dari warna kuning-ungu1=4,0cm, kuning-ungu2=4,2cm, kuning-orange1=5,9cm, kuning-orange2=5,7cm, kuning-hijau1=5,0cm, dan kuning-hijau2=5,3cm.


Gambar 20. Garis cahaya lampu AgZnCd pada celah variabel 0,8 cm
Gambar 4.6 merupakan spektrum cahaya yang di hasilkan oleh lampu AgZnCd dengan nilai celah variabel 0,8cm dan nilai (a) atau jarak antara terali rouland dengan layar tembus cahaya sejauh 14,5cm. Dan diperoleh nilai lebar spektrum warna kuning=0,30cm, spektrum berwarna kuning ini merupakan warna pusat. Dari warna kuning kesebelah kiri diperoleh lebar spektrum orange1=0,25cm, hijau1=0,20cm, dan ungu1=0,30cm. Dari warna kuning ke sebelah kanan diperoleh lebar spektrum untuk warna ungu2=0,20cm, hijau2= 0,25cm, serta orange2 = 0,25cm. Sedangkan jarak antar spektrum dari warna kuning-ungu1=4,2cm, kuning-ungu2=4,4cm, kuning-orange1=5,7cm, kuning-orange2=6,1cm, kuning-hijau1=5,2cm, dan kuning-hijau2=5,3cm.
Penempatan posisi alat dan bahan yang sesuai dengan prosedur mempengaruhi proses pengambilan data dalam percobaan supaya mendapatkan hasil percobaan yang sesuai dengan apa yang diinginkan. Sehingga bisa dikatakan bahwa penempatan alat dan bahan bukan merupakan hal yang ditentukan begitu saja ataupun hal yang asal-asalan dan tidak di perhatikan melainkan juga melihat dari sisi hasil ataupun data pengamatan yang ingin di dapatkan. Seperti halnya penempatan antara terali rouland dengan layar tembus cahaya yang diperhatikan adalah jarak antara kedua alat ini. Jaraknya juga akan sangat mempengaruhi nilai dari data pengamatan yang didapatkan. Dalam data pengamatan beberapa aspek yang dicari nilainya adalah warna spektrum, lebar spektrum, dan jarak antar spektrum. Dari data pengamatan pada lampu AgZnCd yang didapatkan menunjukkan bahwa jarak antara terali rouland dengan layar tembus cahaya berpengaruh terhadap jarak antar spektrum. Data pengamatan yang telah dianalisis menunjukkan bahwa jarak antara terali rouland dengan layar tembus cahaya semakin jauh, maka jarak antara spektrum juga akan semakin jauh atau sebanding.

Aplikasi dari spektrum absorpsi dan emisi ini banyak kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Contoh spektrum absorpsi adalah spektrum matahari. Secara sepintas spektrum matahari tampak seperti spektrum kontinu. Umumnya spektrum sinar matahari susunannya adalah merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Selain itu masih ada bagian spektrum yang tidak kasat mata yaitu inframerah (IM) dan ultraviolet (UV). Bagian cahaya yang tampak dinamakan cahaya kasat mata. Sebenarnya spektrum sinar matahari itu mengandung banyak sekali warna atau panjang gelombang sehingga tampak sebaran warna yang kontinu. Akan tetapi, jika dicermati akan tampak garis-garis gelap terang yang disebut dengan garis-garis Fraunhofer. Sedang untuk spektrum emisi dapat digunakan dalam analisis kimia zat, misalnya dalam zat gas untuk keadaan molekuler gas H2, O2 dan CO. Absorpsi merupakan suatu berkas radiasi elektromagnetik, bila dilewatkan melalui sampel kimia, sebagian akan terabsorpsi. Energi elektromagnetik ditransfer ke atom atau molekul dalam sampel, berarti pertikel terpromosikan dari tingkat energi yang lebih rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi yaitu tingkat tereksitasi.

Bila kita amati spektrum dari berbagai sumber cahaya seperti nyala lilin, lampu pijar, lampu TL, dan yang lainnya, ternyata jenis spektrumnya berbeda-beda. Cahaya lilin misalnya, banyak mengandung warna merah, orange, dan kuning namun hampir tidak mengandung warna biru dan ungu. Sedangkan lampu TL spektrumnya hampir selengkap spektrum matahari.

Jika spektrum suatu cahaya bergantung dari bahan dan keadaan fisis sumber tersebut, sehingga hasil analisis spektrum suatu sumber cahaya dapat digunakan sebagai informasi mengenai keadaan fisis sumber tersebut. Dengan demikian spektrum benda angkasa yang bercahaya seperti halnya spektrum bintang dapat dipakai sebagai bahan informasi keadaan fisis benda tersebut.

Aplikasi dari spektrum emisi dalam sepotong logam Na diletakkan dalam sebuah bejana besi dan dipanasi dengan batere pembakar yang bias menyediakan konsentrasi atom yang cukup untuk menyerap cahaya kuning dan menciptakan garis gelap dalam daerah kuning dari spektrum kontinu.

 





Adapun kesimpulan yang telah diperoleh berdasarkan percobaan yang telah dilakukan adalah:
1.      Spektrum merupakan suatu bukti adanya tingkat-tingkat energi dalam suatu atom. Spektrum dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu spektrum emisi dan spektrum absorpsi
2.      Pada percobaan menggunakan lampu Na sebagai sumber cahaya menghasilkan spektrum warna orange.
3.      Pada percobaan menggunakan lampu AgZnCd sebagai sumber cahaya menghasilkan spektrum warna yang bervariasi, yaitu warna orange, kuning, hijau, dan ungu.
4.      Celah variabel berpengaruh terhadap lebar spektrum dan intensitas spektrum, semakin besar nilai celah variabel maka akan semakin besar lebar spektrum yang dipancarkan pada lampu AgZnCd dan lampu Na.
5.      Jarak terali rouland terhadap layar tembus cahaya berpengaruh terhadap jarak antar spektrum, semakin jauh jaraknya maka akan semakin jauh juga jarak antar spektrum yang dihasilkan.
6.      Aplikasi untuk spektrum absorpsi misalnya pada spektrum matahari sedang spektrum emisi biasanya digunakan pada analisis zat padat, gas dan cair pada suatu atom.



DAFTAR PUSTAKA



Atkins, P.W. 1996. Kimia Fisika Jilid 2 Edisi Keempat. Jakarta : Erlangga.

Endro, Jatmiko. 2004. Rancang Bangun Spektorskopi Cahaya Tampak Untuk Penentuan Kualitas Susu Dengan Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan. Bandung: ITB.

Higuchi, T and Hanssen, E. B. 1961. Pharmaceutical Analysis. New York: Interscience Publisher

Kemp, W. 1975. Organic Spectroscopy. ELBS. London: The Mamillan Press LTD.

Khopkar, S.M. 2008. Konsep Dasar Kmia Analitik. Jakarta : Universitas Indonesia Press  

Nana. 2014. Spektroskopi Serapan dan Daerah Tampak. Http://Biografinani .com/2009/II/spektroskopi-serapan-dalam-daerah-tampak. Diakses pada 27 Mei 2014. Pukul 14.52 WIB.

Skoog. D. A., Donald M. West, F. James Holler, Stanley R. Crouch. 2000. Fundamentals of Analytical. New York: Interscience Publisher

Underwood, A.L. dan R.A. Day, JR.. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Ke-enam. diterjemahkan oleh DR. Ir. Lis Sopyan, M.Eng. Jakarta : Erlangga.

Wikepedia. 2014. Analisis Campuran Tanpa Pemisahan Dengan Spektrofotometer. Http://www.wikipedia.com. Diakses pada tanggal 27 Mei 2014. Pukul 15.55 WIB.

Willard, H. H., Merrit, L; L., and Settle Jr, F. A. 1989. Instrumental Methods of Analysis. New York: Wadsworth


Post a Comment

 
Top