I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari masa ke masa
berkembang cepat terutama dibidang otomasi industri. Perkembangan
ini tampak jelas di industri pemabrikan, dimana sebelumnya banyak pekerjaan
menggunakan tangan manusia, kemudian beralih menggunakan mesin. Model
apapun yang digunakan dalam sistem otomasi pemabrikan sangat tergantung kepada
keandalan sistem kendali yang dipakai. Hasil penelitian menunjukan secanggih apapun sistem kendali yang dipakai
akan sangat tergantung kepada sensor maupun transduser yang digunakan.
Sensor merupakan peralatan atau komponen yang mempunyai peranan
penting dalam sebuah sistem pengaturan otomatis. Ketepatan dan kesesuaian dalam
memilih sebuah sensor akan sangat
menentukan kinerja dari sistem pengaturan secara otomatis. Sensor sering
digunakan untuk pendeteksian pada saat melakukan pengukuran atau pengendalian. Secara umum berdasarkan
fungsi dan penggunaannya sensor dapat dikelompokan menjadi 3 bagian yaitu sensor thermal (panas), sensor mekanis, dan sensor optik (cahaya).
temperatur
merupakan salah satu dari empat besaran dasar yang diakui oleh Sistem
Pengukuran Internasional (The
International Measuring System). Lord Kelvin pada tahun 1848 mengusulkan
skala temperature termodinamika pada suatu titik tetap triple point, dimana fase padat, cair dan uap berada bersama dalam
equilibrium, angka ini adalah 273,16 oK ( derajat Kelvin) yang juga
merupakan titik es.
Untuk mengukur suhu pada rentang tertentu harus
digunakan suatu komponen. Diantaranya adalah termistor dan IC LM35. Setiap
sensor dan komponen-komponen lain pasti memliki karakteristik yang
berbeda-beda. Untuk mengetahui system atau prinsip kerja dari senso-sensor ini
dan mengetahui karakteristik masing-masing sensor maka dilakukanlah praktikum
percobaan sensor temperatur ini.
1.2.Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari
percobaan ini adalh sebagai berikut:
a.
Mempelajari karakteristik
sensor temperatur LM 35 dan thermistor
b.
Mampu mengkalibrasi sensor tersebut
c.
Memahami perbedaan tanggapan
sensor yang sudah linear dengan yang belum linear tanggapannya
d.
Mampu membuat rangkaian yang
berfungsi meningkatkan linearisasi tanggapan thermistor sederhana
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Definisi
Sensor
Sensor adalah alat
untuk mendeteksi/mengukur sesuatu, yang digunakan untuk mengubah variasi
mekanis, magnetis, panas, sinar dan kimia menjadi tegangan dan arus listrik.
Dalam lingkungan sistem pengendali dan robotika, sensor memberikan kesamaan
yang menyerupai mata, pendengaran, hidung, lidah yang kemudian akan diolah oleh
kontroler sebagai otaknya.
Dapat pula dikatakan bahwa sensor merupakan jenis tranduser
yang digunakan untuk mengubah besaran mekanis, magnetis, panas, sinar, dan
kimia menjadi tegangan dan arus listrik.
D Sharon, dkk (1982), mengatakan sensor adalah suatu
peralatan yang berfungsi untuk mendeteksi gejala-gejala atau sinyal-sinyal yang
berasal dari perubahan suatu energi seperti energi listrik, energi fisika,
energi kimia, energi biologi, energi mekanik dan sebagainya.
Sensor sering juga digunakan untuk pendeteksian pada saat
melakukan pengukuran atau pengendalian. Beberapa jenis sensor yang banyak
digunakan dalam rangkaian elektronik antara lain sensor cahaya, sensor suhu,
dan sensor tekanan.
Sensor dalam teknik
pengukuran dan pengaturan secara elektronik berfungsi mengubah besaran fisik
(misalnya : temperatur, gaya, kecepatan putaran) menjadi besaran listrik yang
proposional. Sensor dalam teknik pengukuran dan pengaturan ini harus memenuhi
persyaratan-persyaratan kualitas yakni :
1. Linieritas
Konversi harus benar-benar proposional, jadi karakteristik konversi harus linier.
Konversi harus benar-benar proposional, jadi karakteristik konversi harus linier.
2.
Tidak tergantung
temperature
Keluaran konverter
tidak boleh tergantung pada temperatur di sekelilingnya, kecuali sensor suhu.
3.
Kepekaan
Kepekaan sensor
harus dipilih sedemikian, sehingga pada nilai-nilai masukan yang ada dapat
diperoleh tegangan listrik keluaran yang cukup besar.
4.
Waktu tanggapan
Waktu tanggapan
adalah waktu yang diperlukan keluaran sensor untuk mencapai nilai akhirnya pada
nilai masukan yang berubah secara mendadak. Sensor harus dapat berubah cepat
bila nilai masukan pada sistem tempat sensor tersebut berubah.
5.
Batas frekuensi
terendah dan tertinggi
Batas-batas
tersebut adalah nilai frekuensi masukan periodik terendah dan tertinggi yang
masih dapat dikonversi oleh sensor secara benar. Pada kebanyakan aplikasi
disyaratkan bahwa frekuensi terendah adalah 0 Hz.
6.
Stabilitas waktu
Untuk nilai masukan
(input) tertentu sensor harus dapat memberikan keluaran (output) yang tetap
nilainya dalam waktu yang lama.
7.
Histerisis
Gejala histerisis
yang ada pada magnetisasi besi dapat pula dijumpai pada sensor. Misalnya, pada
suatu temperatur tertentu sebuah sensor dapat memberikan keluaran yang
berlainan.
Empat sifat
diantara syarat-syarat dia atas, yaitu linieritas, ketergantungan pada
temperatur, stabilitas waktu dan histerisis menentukan ketelitian sensor
(Warsito, 2010).
2.2.Sensor Temperatur
AC.
Srivastava, (1987), mengatakan temperatur merupakan salah satu dari empat
besaran dasar yang diakui oleh Sistem Pengukuran Internasional (The International Measuring System).
Lord Kelvin pada tahun 1848 mengusulkan skala temperature termodinamika pada
suatu titik tetap triple point,
dimana fase padat, cair dan uap berada bersama dalam equilibrium, angka ini
adalah 273,16 oK ( derajat Kelvin) yang juga merupakan titik es. Skala
lain adalah Celcius, Fahrenheit dan Rankine dengan hubungan sebagai berikut:
oF = 9/5 oC + 32 atau
oC
= 5/9 (oF-32) atau
oR
= oF + 459,69
Yayan I.B, (1998), mengatakan temperatur adalah kondisi penting dari suatu substrat.
Sedangkan “panas adalah salah satu
bentuk energi yang diasosiasikan dengan aktifitas molekul-molekul dari suatu
substrat”. Partikel dari suatu substrat diasumsikan selalu bergerak. Pergerakan
partikel inilah yang kemudian dirasakan sebagai panas. Sedangkan temperatur
adalah ukuran perbandingan dari panas tersebut.
Pergerakan partikel substrat dapat terjadi pada tiga
dimensi benda yaitu:
1. Benda padat,
2. Benda cair dan
3. Benda gas (udara)
Aliran kalor substrat pada dimensi padat, cair dan gas
dapat terjadi secara :
1. Konduksi,
yaitu pengaliran panas melalui benda
padat (penghantar) secara kontak langsung
2. Konveksi, yaitu pengaliran panas melalui media cair
secara kontak langsung
3. Radiasi, yaitu pengaliran panas melalui media
udara/gas secara kontak tidak langsung
Pada aplikasi pendeteksian atau
pengukuran tertentu, dapat dipilih salah satu tipe sensor dengan pertimbangan :
1.
Penampilan (Performance)
2.
Kehandalan (Reliable) dan
3.
Faktor ekonomis ( Economic)
a.
Pemilihan Jenis Sensor Suhu
Hal-hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan
pemilihan jenis sensor suhu adalah: (Yayan I.B,
1998)
1.
Level
suhu maksimum dan minimum dari suatu substrat yang diukur.
2.
Jangkauan
(range) maksimum pengukuran
3.
Konduktivitas
kalor dari substrat
4.
Respon
waktu perubahan suhu dari substrat
5.
Linieritas
sensor
6.
Jangkauan
temperatur kerja
Selain dari
ketentuan diatas, perlu juga diperhatikan aspek phisik dan kimia dari sensor
seperti ketahanan terhadap korosi (karat), ketahanan terhadap guncangan,
pengkabelan (instalasi), keamanan dan lain-lain.
b.
Tempertur Kerja Sensor
Setiap sensor suhu memiliki temperatur kerja yang
berbeda, untuk pengukuran suhu disekitar kamar yaitu antara -35oC
sampai 150oC, dapat dipilih sensor NTC, PTC, transistor, dioda dan
IC hibrid. Untuk suhu menengah yaitu antara 150oC sampai 700oC,
dapat dipilih thermocouple dan RTD. Untuk suhu yang lebih tinggi sampai 1500oC,
tidak memungkinkan lagi dipergunakan sensor-sensor kontak langsung, maka teknis
pengukurannya dilakukan menggunakan cara radiasi. Untuk pengukuran suhu pada
daerah sangat dingin dibawah 65oK =
-208oC ( 0oC = 273,16oK ) dapat
digunakan resistor karbon biasa karena pada suhu ini karbon berlaku seperti
semikonduktor. Untuk suhu antara 65oK sampai -35oC dapat
digunakan kristal silikon dengan kemurnian tinggi sebagai sensor.
Gambar 2.1. berikut memperlihatkan karakteristik dari
beberapa jenis sensor suhu yang ada.
|
Thermocouple
|
RTD
|
Thermistor
|
IC
Sensor
|
|
|
|
|
|
|
V
T
|
R
T
|
R
T
|
V,
I
T
|
Advantages
|
-
self powered
-
simple
-
rugged
-
inexpensive
-
wide variety
- wide
temperature range
|
- most
stable
- most
accurate
- more
linear than termocouple
|
- high
output
- fast
- two-wire
ohms measurement
|
-
most linear
-
highest output
-
inexpensive
|
Disadvantages
|
-
non linear
-
low voltage
-
reference required
-
least stable
-
least sensitive
|
- expensive
- power
supply required
- small
ΔR
- low
absolute resistance
- self
heating
|
- non
linear
- limited
temperature range
- fragile
- power
supply required
-
self heating
|
- T < 200oC
- power
supply required
- slow
- self
heating
- limited
configuration
|
Gambar 2.1. Karakteristik sensor temperature
2.3.Jenis-jenis Sensor Temperatur
a.
Termistor
Termistor atau tahanan
thermal adalah alat semikonduktor yang berkelakuan sebagai tahanan dengan
koefisien tahanan temperatur yang tinggi, yang biasanya negatif. Umumnya
tahanan termistor pada temperatur ruang dapat berkurang 6% untuk setiap kenaikan temperatur sebesar 1oC.
Kepekaan yang tinggi terhadap perubahan temperatur ini membuat termistor sangat
sesuai untuk pengukuran, pengontrolan dan
kompensasi temperatur secara presisi.
Termistor terbuat dari campuran oksida-oksida logam
yang diendapkan seperti: mangan (Mn), nikel (Ni), cobalt (Co), tembaga (Cu),
besi (Fe) dan uranium (U). Rangkuman tahanannya adalah dari 0,5 W sampai 75 W dan tersedia dalam berbagai bentuk dan ukuran. Ukuran paling kecil berbentuk mani-manik (beads) dengan diameter 0,15 mm sampai
1,25 mm, bentuk piringan (disk) atau
cincin (washer) dengan ukuran 2,5 mm
sampai 25 mm. Cincin-cincin
dapat ditumpukan dan di tempatkan secara seri atau paralel guna memperbesar
disipasi daya.
Dalam
operasinya termistor memanfaatkan perubahan resistivitas terhadap temperatur,
dan umumnya nilai tahanannya turun terhadap temperatur secara eksponensial
untuk jenis NTC ( Negative Thermal
Coeffisien).
Thermistor mempunyai dua macam tipe,
yaitu :
1. NTC
(Negative Temperature Koefficience)
Thermistor
jenis ini memiliki resistansi menurun apabila temperaturnya naik, jika
resistansinya berkurang maka temperaturnya bertambah (Fraden, 1996). Thermistor
jenis NTC ini dibuat dari campuran antara nikel (Ni), cobalt (Co), magnesium
(Mg), besi (Fe) dan tembaga (Cu) (Pallas, 1991).
Tabel 2.1. Karakteristik Thermistor tipe
NTC (Pallas, 1991)
No
|
Parameter
|
Nilai
|
1
|
Range
suhu
|
-100oC
sampai 450oC
|
2
|
Resistansi
pada 25oC
|
0,5
Ohm sampai 100Mohm
1Kohm
sampai 10 mohm
|
3
|
B
(Karakteristik suhu pada bahan)
|
2000
K samapai 5500 K
|
4
|
Suhu
maksimum
|
>1250oC
300oC
untuk tipe stady state
600oC
untuk tipe intermittently
|
2. PTC
(Positive Temperature Coefficient)
Thermistor
jenis ini mempunyai sifat jika temperatur atau suhunya naik maka hambatannya
naik (Fraden, 1996), Kepala thermistor jenis PTC ini terbuat dari bahan barium
titanate, sedangkan kaki PTC terbuat dari zirconium titanate (Pallas, 1991).
b.
IC LM35
LM 35 ialah sensor temperatur paling
banyak digunakan untuk praktek, karena selain harganya cukup murah,
linearitasnya lumayan bagus. LM35 tidak membutuhkan kalibrasi eksternal
yang menyediakan akurasi ±¼°C pada temperatur ruangan dan
±¾°C pada kisaran -55 to +150°C. LM35 dimaksudkan untuk
beroperasi pada -55° hingga +150°C, sedangkan LM35C pada -40°C
hingga +110°C, dan LM35D pada kisran 0-100°C. LM35D juga tersedia pada paket 8
kaki dan paket TO-220. Sensor LM35 umunya akan naik sebesar 10mV
setiap kenaikan 1°C (300mV pada 30 °C).
Gambar 2.2. Bentuk
Fisik LM 35
Untuk menggunakan LM35, Anda cukup
menyadap keluaran dari pin Vout untuk dapat dihubungkan langsung ke ADC(misal
ADC 0804 8 bit) seperti gambar berikut.
Gambar 2.3. Rangkaian umum
pengukur suhu (Anonimous A, 2008)
IC
LM 35 termasuk kedalam jenis IC sensor. Berbeda dengan jenis sensor suhu lain
seperti thermokopel atau RTD (Resistance
Temperatur Detector), pada thermokopel pengukuran suhu dihasilkan oleh
perbedaan suhu yang timbul antara dua tranduser panas dan dingin yang
disambungkan dan dihubungkan dengan referensi. Sedangkan pada RTD (resistance Temperatur Detector),
pengukuran suhu didasari pada perubahan nilai hambatan listrikpada logam yang
bervariasi dengan nilai yang sebanding antara hambatan listrik pada logam
dengan suhu. Jenis IC sensor adalah sensor suhu dengan rangkaian terpadu yang
menggunakan chip silicon untuk pengindraannya, dengan konfigurasi output
tegangan dean arus yang sangat linear. Karakteristik sensor temperatur LM 35
linear yaitu pada 10mVoC
yaitu setiap perubahan suhu sebesar 1oC maka akan memberikan
perubahan pada tegangan keluaran sebesar10mV.
Bentuk
fisis dari IC LM 35 terdiri dari 3 kaki yaitu Vs, Vout, dan ground. Kaki Vs merupakan jalur untuk
memberikan sumber tegangan dengan batasan 4 Volt sampai 20 Volt, sedangkan kaki
Vout merupakan jalur keluar sinyal. Berikut gambar IC LM 35 (Warsito, 2011)
III. PROSEDUR PERCOBAAN
3.1. Sensor LM 35
1.
Siapkan sensor Lm 35
2.
Siapkan wadah tahan panas
3.
Siapkan es batu
4.
Siapkan voltmeter dan sistem
catu daya
5.
Siapkan thermometer Hg dan
heater kecil.
6.
Berilah catudaya pada sensor LM
35 sesuai dengan pin-nya seperti pada
gambar 1. Berilah catu daya sebesar 5 V Dc.
7.
Hubungkan Vout dengan
voltmeter, pilih dengan range milivolt.
8.
Masukan es batu pada wadah,
masukan heater pada wadah tersebut ukurlah temperatur dengan menggunakan
thermometer Hg dan sensor LM 35 (jangan lupa memberikan catu daya). Catatlah
nilai Vout dari LM 35 di voltmeter dan temperatur dari thermometer Hg secara
bersamaan dengan selang waktu 3 menit. Pada menit ke 15 mulailah mencatu daya
heater sehingga es mulai cepat mencair dan memanas. Jika perubahan suhu cepat
catatlah per 5 menit nilai temperaturnya.
9.
Buatlah tabel seperti dibawah
No
|
Waktu (s)
|
Temperatur dg Hg (C)
|
Vout LM 35 (Volt)
|
1
|
|
|
|
2
|
|
|
|
3
|
|
|
|
3.2.Sensor Thermistor
1.
Siapkan sensor thermistor
2.
Siapkan wadah tahan panas
3.
Siapkan es batu
4.
Siapkan voltmeter dan sistem
catu daya
5.
Siapkan thermometer Hg dan
heater kecil
6.
Hubungkan pin thermistor dengan
voltmeter/ohmmeter
7.
Masukan es batu pada wadah,
masukan heater pada wadah tersebut. Ukurlah temperatur dengan menggunakan
thermometer Hg dan thermistor., catatlah nilai R dari thermistor di voltmeter
dan temperatur dari thermometer Hg secara bersamaan dengan selang waktu 3
menit. Pada menit ke 15 mulailah untuk mencatu daya heater, sehingga es mulai
cepat mencair dan memanas. Jika perubahan suhu cepat catatlah per 5 menit nilai
temperaturnya.
8.
Buatlah tabel seperti dibawah
No
|
Waktu (s)
|
Temperatur dg Hg (C)
|
R thermistor (Ohm)
|
1
|
|
|
|
2
|
|
|
|
3
|
|
|
|
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Data Pengamatan
Setelah dilakukan
percobaan “Sensor Temperatur” didapatkanlah data sebagai berikut :
1.
Sensor LM 35
No
|
Waktu
(s)
|
Temperatur
dg Hg (°C)
|
Vout
LM 35 (mV)
|
1.
|
0
|
28
|
284
|
2.
|
60
|
32
|
347
|
3.
|
60
|
43
|
432
|
2.
Sensor Thermistor (NTC)
No
|
Waktu
(s)
|
Temperatur
dg Hg (°C)
|
R
thermistor (Ω)
|
1.
|
60
|
39
|
13,5
|
2.
|
30
|
29
|
18
|
3.
|
30
|
24
|
20,3
|
4.
|
30
|
23
|
22,8
|
5.
|
30
|
19
|
24,5
|
6.
|
30
|
16
|
25,9
|
7.
|
30
|
14
|
26,6
|
8.
|
30
|
10
|
27,3
|
9.
|
30
|
9
|
28,1
|
10.
|
30
|
9
|
28,9
|
B.
Pembahasan
Pada percobaan ini ada dua percobaan yang dilakukan yaitu
sensor LM35 dan Thermistor. Sensor suhu LM35 berfungsi untuk mengkonversi
besaran suhu yang ditangkap menjadi besaran tegangan. Jenis sensor suhu yang
digunakan dalam sistem ini adalah IC
LM35, sensor ini
memiliki presisi tinggi. Sensor ini memiliki
jangkauan pengukuran -55ºC hingga +150ºC dengan akurasi ±0.5ºC. Tegangan output
adalah 10mV/ºC. Secara prinsip sensor akan melakukan
penginderaan pada saat perubahan suhu setiap suhu 1 ºC akan menunjukan tegangan sebesar
10 mV
LM35 memiliki keakuratan tinggi dan kemudahan
perancangan jika dibandingkan dengan sensor suhu yang lain, LM35 juga mempunyai
keluaran impedansi yang rendah dan linieritas yang tinggi sehingga dapat dengan
mudah dihubungkan dengan rangkaian kendali khusus serta tidak memerlukan
penyetelan lanjutan. Secara prinsip sensor akan melakukan penginderaan pada
saat perubahan suhu setiap suhu 1 ºC akan menunjukan tegangan sebesar 10 mV.
Pada penempatannya LM35 dapat ditempelkan dengan perekat atau dapat pula
disemen pada permukaan akan tetapi suhunya akan sedikit berkurang sekitar 0,01
ºC karena terserap pada suhu permukaan tersebut. Dengan cara seperti ini
diharapkan selisih antara suhu udara dan suhu permukaan dapat dideteksi oleh
sensor LM35 sama dengan suhu disekitarnya, jika suhu udara disekitarnya jauh
lebih tinggi atau jauh lebih rendah dari suhu permukaan, maka LM35 berada pada
suhu permukaan dan suhu udara disekitarnya. Pada percobaan pertama
menggunakan LM 35 dan hasil yang didapat seperti pada Tabel 1. Antara percobaan dan
teori terjadi kecocokkan. Ini menbuktikan bahwa percobaan kami berhasil.
Pada t1= 0 pada temperatur 28 oC
mendapatkan Voutnya sekitar 284 mv. Pada
t2 = 60 ditempratur 32 oC mendapatkan Voutnya= 347 mv. Pada t3 = 60
ditempratur 43 oC mendapatkan
Voutnya= 432 mv. Dari data yang
didapatkan maka didapatkan perbandingan antara suhu dengan Voutnya sepert pada
gambar 4.1
Gambar 4.1. Grafik hubungan antara
temperatur dengan Voutnya
Dari grafik yang
didapatkan bahwa semakin besar temperaturnya Vout yang didapatkan semakin
tinggi juga. Atau grafik yang didapat sangat linier. Percobaan LM35 ini sesuai
dengan teori karena sifat kelinieranya sangat tinggi.
Pada percobaan kedua menggunakan air dengan
suhu dingin dan didapatlah hasil seperti Tabel
2. Dari data yang didapat maka diambil perbandingan
antara Temperatur dengan Resistansi seperti pada gambar 4.2
Gambar 4.2 grafik hubungan
antara Temperatur dengan Resistansi
Dari grafik yang didapat
antara hubungan temperatur dengan resistansi adalah semakin besar
temperaturnya, Resistansi yang didapat semakin kecil begitu juga sebaliknya
bahwa semakin besar resistansinya, temperatu yang didapatkan semaki kecil. Maka
percobaan NTC ini sudah sesuai dengan teori atau percobaan ini berhasil.
Thermistor merupakan komponen
semikonduktor yang terbuat dari campuran oksida-oksida logam yang diendapkan.
Thermistor juga merupakan jenis resistor yang resistansi
bervariasi dengan suhu. Termistor dapat
diklasifikasikan ke dalam dua jenis,yaitu Negative temperature Coefficient
(NTC) dan positif Temperetur Coefficient (PTC). Seperti pada percobaan antara
kedua tipe tersebut menpunyai perbedaan yaitu koefisien
temperatur positif (PTC)
thermistor, atau posistor. Thermistor jenis ini memiliki resistansi menurun apabila temperaturnya
naik dan sebaliknya, dan berbentuk kotak. Sedangkan Koefisien suhu negatif
(NTC) thermistor. Thermistor jenis ini mempunyai sifat, jika temperature
atau suhunya naik maka hambatannya akan naik, ataupun sebaliknya, dan berbentuk bulat
V. KESIMPULAN
1
Dari
percobaan yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Sensor
suhu LM35 memiliki fungsi untuk mengubah besaran suhu menjadi besaran listrik
dalam bentuk tegangan.
2. LM
35 adalah IC yang berfungsi sebagai sensor suhu, dimana LM 35 ini memiliki
ketelitian yang sangat tinggi
3. grafik yang didapatkan bahwa semakin besar temperaturnya
Vout yang didapatkan semakin tinggi juga. Atau grafik yang didapat sangat
linier. Percobaan LM35 ini sesuai dengan teori karena sifat kelinieranya sangat
tinggi.
4. Thermistor
merupakan komponen semikonduktor yang terbuat dari campuran oksida-oksida logam
yang diendapkan
5. Termistor
dapat diklasifikasikan ke dalam dua jenis,yaitu Negative temperature Coefficient
(NTC) dan positif Temperetur Coefficient (PTC
6. Dari grafik yang didapat antara hubungan temperatur
dengan resistansi adalah semakin besar temperaturnya, Resistansi yang didapat
semakin kecil begitu juga sebaliknya bahwa semakin besar resistansinya, temperatu
yang didapatkan semaki kecil. Maka percobaan NTC ini sudah sesuai dengan teori
atau percobaan ini berhasil.
Post a Comment