A.
Latar Belakang
Manusia
sangat membutuhkan cahaya untuk melakukan kerja, cahaya adalah sebuah gelombang
elektromagnetik yang merambat. Benda-benda yang dapat memancarkan cahaya
disebut dengan sumber cahaya, contohnya matahari, sinar lampu, lilin,
kunang-kunang dan lainnya. Sumber cahaya yang memancarkan cahaya tersebut dapat
kita lihat secara langsung, dan banyak juga mengalami suatu fenomena-fenomena
seperti fenomena difraksi, interferensi, pembiasan atau juga pemantulan dan
sebagainya. Suatu pembiasan artinya suatu cahaya yang melewati dua buah medium
yang berbeda contohnya medium udara dan medium air. Persamaan lensmaker
memiliki rumus yang tak asing lagi yaitu R=2f.
Persamaan
lensmaker menggunakan tiga sumber sinar yang sejajar. Tujuannya yaitu untuk
membuktikan persamaan 2f=R. Oleh sebab itu untuk meneliti bagaimana proses
apparent depth ini berlangsung maka dilakukanlah perconbaan ini.
B.
Tujuan
Percobaan
Adapun
tujuan dari percobaan ini adalah agara mahasiswa dapat menjelaskan panjang
titik focus dari lensa cembung dengan dua cara:
1.
Mengukur langsung dengan menggunakan jejak sinar.
2.
Mengukur jari-jari kelengkungan dan menggunkana persamaan lensmaker.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.
Sumber Cahaya
Di sekitar kita, ada banyak sekali benda yang memancarkan
cahaya. Benda yang dapat memancarkan cahaya dinamakan sumber cahaya. Ada
dua macam sumber cahaya, yaitu sumber cahaya alami dan sumber cahaya buatan.
1. Cahaya Alam (Natural Ligthing
Yang termasuk cahaya alam adalah
cahaya matahari dan bintang.
2. Cahaya Buatan (Artifasial)
Cahaya buatan ini meliputi cahaya listrik, cahaya gas, lampu
minyak dan lilin. Cahaya buatan ini sebagai sarana pelengkap untuk penerangan ruangan.
Pada saat kita berada di suatu ruangan, cahaya dari lampu
akan menerangi ruangan tersebut dan merambat lurus dari sumbernya. Ketika ada
sebuah penghalang yang menghalangi cahaya yang datang, maka akan terbentuk
daerah gelap di tempat dimana cahaya terhalang. Daerah itu dinamakan daerah
bayangan. Apabilla sumber cahaya cukup besar, terkadang terbentuk dua bagian
bayangan. daerah dimana sumber cahaya terhalang seluruhnya dinamakan umbra dan daerah dimana cahaya
terhalang sebagian dinamakan penumbra.
Benda-benda gelap yang menghalangi cahaya dinamakan opaque atau benda
tidak tembus cahaya (Setiawan, 2010).
B.
Indeks Bias
Ketika seberkas cahaya
mengenai permukaan suatu benda, maka cahaya tersebut ada yang dipantulkan dan
ada yang diteruskan. Jika benda tersebut transparan seperti kaca atau air, maka
sebagian cahaya yang diteruskan terlihat dibelokkan, dikenal dengan pembiasan.
Cahaya yang melalui batas antar dua medium dengan kerapatan optik yang berbeda,
kecepatannya akan berubah. Perubahan kecepatan cahaya akan menyebabkan cahaya
mengalami pembiasan. Perambatan cahaya dalam ruang hampa udara memiliki
kelajuan, kemudian setelah memasuki medium tertentu akan berubah kelajuannya
menjadi dengan ≪ . Ketika cahaya merambat di dalam suatu bahan,
kelajuannya akan turun sebesar suatu faktor yang ditentukan oleh karakteristik
bahan yang dinamakan indeks bias ( ). Indeks bias merupakan perbandingan
(rasio) antara kelajuan cahaya di ruang hampa terhadap kelajuan cahaya di dalam
bahan seperti dinyatakan oleh:
n= c/v
dengan,
n = indeks bias
c = kelajuan cahaya di ruang hampa
v = kelajuan cahaya di dalam bahan
(Reni, 2008).
C.
Pembiasan Cahaya
Pembiasan cahaya adalah peristiwa
penyimpangan atau pembelokan cahaya karena melalui dua medium yang
berbeda kerapatan optiknya. Arah pembiasan cahaya dibedakan menjadi dua macam
yaitu :
a. mendekati garis normal
Cahaya dibiaskan mendekati garis normal jika cahaya merambat dari medium optik kurang rapat ke medium optik lebih rapat, contohnya cahaya merambat dari udara ke dalam air.
b. menjauhi garis normal
Cahaya dibiaskan menjauhi garis normal jika cahaya merambat dari medium optik lebih rapat ke medium optik kurang rapat, contohnya cahaya merambat dari dalam air ke udara.
Syarat-syarat terjadinya pembiasan :
1) cahaya melalui dua medium yang berbeda
kerapatan optiknya;
2) cahaya datang tidak tegaklurus terhadap bidang
batas (sudut datang lebih kecil dari 90 derajat)
Beberapa contoh gejala pembiasan yang sering dijumpai dalam kehidupan seharihari diantaranya :
- dasar kolam terlihat lebih dangkal bila dilihat dari atas.
- kacamata minus (negatif) atau kacamata plus (positif) dapat membuat jelas
a. mendekati garis normal
Cahaya dibiaskan mendekati garis normal jika cahaya merambat dari medium optik kurang rapat ke medium optik lebih rapat, contohnya cahaya merambat dari udara ke dalam air.
b. menjauhi garis normal
Cahaya dibiaskan menjauhi garis normal jika cahaya merambat dari medium optik lebih rapat ke medium optik kurang rapat, contohnya cahaya merambat dari dalam air ke udara.
Syarat-syarat terjadinya pembiasan :
1) cahaya melalui dua medium yang berbeda
kerapatan optiknya;
2) cahaya datang tidak tegaklurus terhadap bidang
batas (sudut datang lebih kecil dari 90 derajat)
Beberapa contoh gejala pembiasan yang sering dijumpai dalam kehidupan seharihari diantaranya :
- dasar kolam terlihat lebih dangkal bila dilihat dari atas.
- kacamata minus (negatif) atau kacamata plus (positif) dapat membuat jelas
pandangan bagi penderita rabun jauh atau
rabun dekat karena adanya pembiasan.
- terjadinya
pelangi setelah turun hujan (Suharno, 2009).
D.
Persamaan Lensmaker
Persamaan lensmaker
digunakan untuk menghitung panjang focus
(dalam keadaan vakum dan keadaan normal). Titik f dari lensa terletak
pada jarijari kelengkungan (R1 dan R2) dan indeks bias dari matrial lensa.
1/F= (n-1) (1/R1+1/R2)
F = titik focus (cm)
n= bilangan bulat
R1= jari-jari
kelengkungan 1
R2= jari-jari
kelengkungan 2.
(Ilwan, 2013).
III. PROSEDIR PERCOBAAN
A. Alat dan bahan
Adapun
alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Sumber Cahaya
2. Lensa Cembung
3. Lensa Datar
4. Kertas Putih
B. Prosedur Percobaan
Prosedur
yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan
kertas putih dan kemudian meletakkan di atas meja.
2. Meletakkan
lensa cembung di atas kertas putih tersebut.
3. Memindahkan
lensa. Untuk mengukur panjang titik focus , menggunakan penggaris untuk
memperpanjang sinar keluar yang memancar
sehingga sampai lensa.
4. Untuk
menentukan jari-jari kelengkungan, mengambil lensa cekung kembali pada garis
dari sinar dan mengamati sinar bias yang reduum
dari permukaan lensa. Bagian depan lensa bias digunakan untuk cermin
cekung yang memiliki jari-jari dari kelengkungan sama untuk kedua panjang titik
focus dari cermin efektif.
5. Dari
lensa ini, tidak digunakan untuk menghitung kelengkungan dari kedua sisi karena
sama. Menghitung panjang focus lensa menggunakan persamaan lensmaker. Indeks
pantul adalah 1,5 untuk lensa. Mengingatkan, permukaan cekung memiliki
jari-jari kelengkungan negative.
IV.
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Pengamatan
F3
|
F5
|
R
|
%
error
|
2,13
cm
|
4,13
cm
|
14,5
cm
|
48,6
|
B.
Pembahasan
Lensa adalah material transparan
(umumnya terbuat dari kaca atau plastik) yang memiliki dua permukaan (salah
satu atau keduanya memiliki permukaan melengkung) sehingga dapat membelokkan
sinar yang melewatinya. Permukaan melengkung yang dimiliki oleh lensa
berfungsi membelokkan cahaya yang jatuh padanya, sehingga ketika cahaya
tersebut meninggalkan lensa, ia akan berkumpul pada satu titik atau menyebar
menuju arah yang berbeda. Pengumpulan atau penyebaran cahaya ini bergantung
pada lengkungan dari permukaan lensa tersebut.
Penemuan lensa sendiri diawali oleh
penemuan kaca beribu tahun yang lalu. Menurut beberapa sumber yang dapat
dipercaya, kaca mulai ditemukan sejak 5000 tahun sebelum masehi yang dibuktikan
oleh sejarawan Romawi Kuno, Pliny (23-79 sebelum masehi). Pliny mengadakan
penelitian kecil yang merujuk pada kenyataan bahwa kaca telah ditemukan oleh
para pedagang Phoenic di wilayah yang sekarang disebut Suriah pada 5000 tahun
sebelum masehi. Pliny mengungkapkan bahwa saat istirahat, para pedagang ini
membakar makanan dalam wadah yang sebenarnya terbuat dari kaca. Seiring
berjalannya waktu dan berkembangnya ilmu pengetahuan, lensa pun juga mengalami
perkembangan. Lensa yang dahulu hanya digunakan
sebagai alat pembakaran, mengalami
perubahan fungsi yakni menjadi alat perbesaran (magnifier). Sejarah mencatat
bahwa fisikawan Muslim legendaris, Ibnu
al-Haitham (965 M-1039 M) merupakan orang pertama yang mempelajari
tentang masalah perbesaran benda dan pembiasan cahaya. Hal ini dibuktikan dalam
karyanya bertajuk Kitab al-Manazir (tentang optik). Lensa mulai diaplikasikan
pada alat bantu penglihatan seperti kacamata dan lup (kaca pembesar) pada abad
ke-13. Lup (kaca pembesar) ditemukan oleh seorang sarjana Inggris, Roger Bacon
(1214-1294) pada awal abad ke-13. Sedangkan kacamata ditemukan setelah penemuan
lup tersebut, kurang lebih pada abad ke-14.
Lensa cembung adalah
lensa yang bagian tengah lebih tebal daripada bagian tepinya. Sinar-sinar bias
lensa cembung bersifat mengumpul (konvergen).lensa cembung digolongkan menjadi
:
1.cembung rangkap (bikonveks)
2. cembung datar (plan-konveks)
3. cembung-cekung (konkaf-konvek)
Lensa cekung adalah lensa yang bagian tengahnya lebih tipis daripada begian tepinya. Sinar-sinar bias lensa cekung bersifat memancar (divergen).
lensa cekung digolongkan menjadi :
1. cekung rangkap (bikonkaf)
2.cekung datar (plan-konkaf)
3. cekung-cembung (konveks-konkaf).
1.cembung rangkap (bikonveks)
2. cembung datar (plan-konveks)
3. cembung-cekung (konkaf-konvek)
Lensa cekung adalah lensa yang bagian tengahnya lebih tipis daripada begian tepinya. Sinar-sinar bias lensa cekung bersifat memancar (divergen).
lensa cekung digolongkan menjadi :
1. cekung rangkap (bikonkaf)
2.cekung datar (plan-konkaf)
3. cekung-cembung (konveks-konkaf).
Sinar-sinar istimewa
pada lensa cembung adalah sebagai berikut:
1. Sinar datang menuju lensa sejajar
sumbu utama lensa akan dibiaskan melalui titik fokus aktif F1 lensa
2. Sinar datang melalui titik fokus pasif F2 lensa akan dibiaskan sejajar dengan sumbu utama lensa
3. Sinar datang menuju lensa melalui titik pusat optik lensa akan diteruskan tanpa dibiaskan.
2. Sinar datang melalui titik fokus pasif F2 lensa akan dibiaskan sejajar dengan sumbu utama lensa
3. Sinar datang menuju lensa melalui titik pusat optik lensa akan diteruskan tanpa dibiaskan.
Sinar-sinar istimewa
pada lensa cembung adalah sebagai berikut:
1. Sinar datang menuju lensa sejajar dengan sumbu
utama akan dibiaskan seakan-akan dari titik focus.
2. Sinar datang menuju lensa seakan-akan menuju
titik focus akan dibias seakan-akan dibiaskan sejajar dengan sumbu utama.
3.Sinar datang menuju lensa melalui titik pusat
lensa akan diteruskan tanpa dibiaskan.
Sifat bayangan dari lensa cembung adalah sebagai
berikut:
1. Bayangan benda terletak di antara F1 dan 2F1, membentuk
bayangan nyata, terbalik dan diperkecil.
2. Bayangan benda terletak di 2F1 membentuk bayangan nyata,
terbalik dan sama besar.
3.
Bayangan benda terletak di belakang 2F1, membentuk bayangan nyata, terbalik dan
diperbesar.
4.
Tidak terbentuk bayangan karena tidak ada perpotongan antara sinar – sinar
istimewa.
5.
Bayangan benda terletak di antara F2 dan 2F2 , membentuk bayangan maya, tegak
dan diperbesar
Prosedur yang dilakukan pada poercobaan ini yaitu mengukur
jari-jari lensa cembung menggunakan busur derajat. Setelah mendapatkan
kelengkungan lensa sama dengan kelengkungan jangka. Setelah mendapatkan
kelengkungan lensa sama dengan kelengkungan jangka, kemudian mengukur R lensa.
Lalu membuktikan pada perconaan selanjutnya yaitu mengukur panjang focus dengan
menggunakan tiga buah sumber cahaya. Secara teori hasil yang diperoleh harus
lah 2f=R. secara perhitungan R yang diperoleh sebesar -10 cm. Nilai (-)
menandakan bahwa nilai tersebut didapat dari pengukuran lensa cekung. Sedangkan
untuk lensa cembung didapat nilai R yang positif.
V.
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari
praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Panjang titik focus
2f=R , dalam percobaan ini tidak sesuai dengan rumus tersebut.
2. Panjang titif focus
F sebesar -14,5 cm , sedangkan jari-jari R sebesar 10 cm.
3. Karena menggunakan lensa cembung,
maka nilai focus bernilai negative karena terletak di belakang layar.
4. Hasil dari f3=2,13cm
dan f5=4,13 cm.
5. Semakin besar nilai
R, maka semakin kecil nilai f3 dan f5.
DAFTAR PUSTAKA
Ilwan. 2013. Pengembangan alat optic. Erlangga:
Jakarta.
Reni. 2008. Pengenalan alat optik. Graha ilmu.
Bandung.
Setiawan, Agus. 2010. Optika dan gelombang. Gramedia. Jakarta
Suharno. 2009. Dasar-dasar cahaya. Erlangga. Jakarta.
Mantap kak frans! ini pasti laporan praktikum optika ya hehe
ReplyDeleteSalam, saya Syarif dari Fisika FMIPA Unila, angkatan 2015