ADC (Analog Digital Converter)
( Laporan
Praktikum Mikrokontroler)
ABSTRAK
Telah
dilakukan percobaan ADC (Analog Digital Converter) dengan mikrokontroler
Atmega 8535. Percobaan ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami suatu
komponen elektronika dalam hal ini Mikrokontroler. Mahasiswa dapat merancang
sebuah rangkaian elektronika menggunkan Mikrokontroler. Mahasiswa mampu
membangun ranbgkaian Mikrokontroler menggunakan simulasi berbasis program pada Proteus.7 dan CVAVR. Mahasiswa dapat merancang sebuah rangkain Mikrokontroler
menggunakan ADC. Mikrokontroler
merupakan suatu komponen elektronika yang didalamnya terdapat rangkaian
mikroprosesor, memori (RAM/ROM) dan I/O, rangkaian tersebut terdapat dalam
level chip atau biasa disebut single chip microcomputer. Pada mikrokontroler
sudah terdapat komponen-komponen mikroprosesor dengan bus-bus internal yang
saling berhubungan. Komponen–komponen tersebut adalah RAM, ROM, Timer, komponen
I/O paralel dan serial, dan interrupt controller. ADC (Analog Digital Converter)
merupakan fitur pada mikrokontroler yang berfungsi untuk mengkonversi
sinyal/data dari besaran analog menjadi besaran digital. Mengapa harus di
konversi, Karena sebagian besar data/sinyal yang ada di dunia ini merupakan
besaran analog. Pengkonversian data dari analog ke digital merupakan suatu cara
untuk mengolah data analog tersebut agar dapat di modifikasi, di
manipulasi dan mengubah karakteristiknya. Dalam percobaan ini dapat diambil
kesimpulan bahwa dalam percobaan ini mikrokontroler mampu mengontrol ADC
untuk dapat menampilkan keluarannya dalam hidup mati nyala led. ADC memiliki 2
faktor penting pada penggunaannya yaitu Kecepatan Sampling dan Resolusi. Mikrokontroler AVR ATMega8535 mempunyai ADC dengan
resolusi 10-bit. ADC pada mikrokontroler
ATMega8535 mempunyai tegangan referensi yang dapat dipilih. Beberapa pilihan
tegangan referensi yaitu pada pin AREF, pada pin AVCC, atau menggunakan
tegangan referensi internal sebesar 2,56 Volt.
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR
PENGESAHAN ......................................................................... i
ABSTRAK
....................................................................................................
ii
DAFTAR
ISI
................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR
.................................................................................... iv
I.
PENDAHALUAN
A. Latar
Belakang
.................................................................................... 1
B.
Tujuan .................................................................................................. 2
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Mikrokontroler
.................................................................................... 3
B. ATMEGA8535
.................................................................................... 4
C.
ADC...................................................................................................... 4
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. KESIMPULAN
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.
Simulasi Mikrokontroler dengan Proteus ....................................... 9
2.
Simulasi Mikrokontroler dengan Proteus
Setelah dirunning .......... 11
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada umunya dalam dunia elektronika dan instrumentasi hanya
ada 2 macam mikrokontroller yang dikenal. Pembagian mikrokontroler ini didasarkan pada kompleksitas
instruksi-instruksi yang dapat diterapkan pada mikrokontroler tersebut. Adapun
dua jenis dari mikrokontroler itu adalah RISC dan CISC. RISC merupakan kepanjangan
dari Reduced Instruction Set Computer.
Instruksi yang dimiliki terbatas, tetapi memiliki fasilitas yang lebih banyak
Sebaliknya, CISC kepanjangan dari Complex
Instruction Set Computer. Pada jenis mikrokontroler ini Instruksi bisa
dikatakan lebih lengkap dibandingkan dengan RISC tapi CISC memiliki fasilitas
secukupnya. Masing-masing dari jenis mikrokontroler ini mempunyai keturunan
atau keluarga sendiri-sendiri.
Dalam dunia elektronika, penggunaan mikrokontroler dalam
pembuatan rangkaian-rangkaian elektronika tidaklah sulit dalam
pengaplikasiannya karna dalam perancangan suatu rangkaian elektronika tidak
langsung dibuat dalam bentuk hardwere melainkan dapat dibuat simulasi terlebih
dahulu. Proses pembuatan simulasi ini dilakukan bertujuan untuk mengecek
kondisi dari rangkaian yang akan dibuat. Pada pembuatan simulasi suatu
rangkaian elektronika ini dapat digunakan suatu program yang dapat memberikan
fasilitas dalam perancangan suatu rangkaian yaitu program proteus.7 dan CVAVR untuk
pembuatan program yang dibutuhkan oleh rangkaian yang kita buat.
Mikrokontroler
AVR ATMega8535 mempunyai ADC dengan resolusi 10-bit.
Di dalam mikrokontroller ATMega8535,
input ADC dihubungkan ke sebuah 8 channel Analogmultiplekser yang digunakan untuk single ended
input channel artinya input ADC
diukur dengan referensi pada ground. Masing-masing channel dari analog
multiplekser terhubung dengan PORT A. Jadi input ADC pada saat tertentu hanya
terhubung dengan satu tegangan input saja.(dengan memilih channel pada analog
multiplekser).
B.
Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah sebagai
berikut
1.
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami suatu komponen
elektronika dalam hal ini Mikrokontroler.
2.
Mahasiswa dapat merancang sebuah rangkaian elektronika
menggunkan Mikrokontroler.
3.
Mahasiswa mampu membangun ranbgkaian Mikrokontroler
menggunakan simulasi berbasis program pada Proteus.7
dan CVAVR.
4.
Mahasiswa dapat merancang sebuah rangkain
Mikrokontroler menggunakan ADC.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Mikrokontroler
Mikrokontroler AVR 8535 (Alf and
Vegard’s Risc prosesor) adalah mikrokontroler yang memiliki arsitektur RISC 8
bit, dimana semua instruksi dikemas dalam kode 16-bit (16-bits word) dan
sebagian besar instruksi dieksekusi dalam 1 siklus clock (Gambar 1),
berbeda dengan instruksi MCS 51 yang membutuhkan 12 siklus clock (Budiharto,
dkk. 2007).
Mikrokontroler
merupakan suatu komponen elektronika yang didalamnya terdapat rangkaian
mikroprosesor, memori (RAM/ROM) dan I/O, rangkaian tersebut terdapat dalam
level chip atau biasa disebut single chip microcomputer. Pada mikrokontroler
sudah terdapat komponen-komponen mikroprosesor dengan bus-bus internal yang
saling berhubungan. Komponen–komponen tersebut adalah RAM, ROM, Timer, komponen
I/O paralel dan serial, dan interrupt controller. Dengan harga yang terjangkau
memungkinkan mikrokontroler digunakan pada berbagai sistem elektronis, seperti
pada robot, sistem alarm, peralatan telekomunikasi, hingga sistem automasi
industri.
Mikrokontroler
sebagai sebuah one chip solution pada dasarnya adalah rangkaian terintregrasi
(Integrated Circuit-IC) yang telah mengandung secara lengkap berbagai komponen
pembentuk sebuah komputer. Berbeda dengan penggunaan mikroprosesor yang masih
memerlukan komponen luar tambahan seperti RAM, ROM, Timer, dan sebagainya untuk
sistem mikrokontroler, tambahan komponen diatas secara praktis hampir tidak
dibutuhkan lagi. Hal ini disebabkan semua komponen penting tersebut telah ditanam
bersama dengan sistem prosesor ke dalam IC tunggal mikrokontroler bersangkutan.
Dengan alasan itu sistem mikrokontroler dikenal juga dengan
istilah populer the
real Computer On a Chip (komputer utuh dalam keping tunggal), sedangkan sistem
mikroprosesor dikenal dengan istilah yang lebih terbatas yaitu Computer On a
Chip (komputer dalam keping tunggal).
Mikrokontroler
AVR memliki arsitektur RISC 8 bit, dimana semua instruksi dikemas dalam kode
16-bit (16-bits word) dan sebagian besar instruksi dieksekusi 1 (satu) siklus
clock, berbeda dengan instruksi MCS51 yang membutuhkan 12 siklus clock. Tentu
saja itu terjadi karena kedua jenis mikrokontroler tersebut memiliki arsitektur
yang berbeda. AVR berteknologi RISC (Reduced Instruction Set Computing),
sedangkan seri MCS51 berteknologi CISC (Complex Instruction Set Computing).
Secara umum, AVR dapat dikelompokkan menjadi empat kelas, yaitu keluarga
ATtiny, keluarga AT90Sxx, keluarga ATMega dan AT86RFxx. Pada dasarnya yang
membedakan masing-masing kelas adalah memori, peripheral dan fungsinya. Dari
segi arsitektur dan instruksi yang digunakan, mereka bisa dikatakan hampir sama
(Yurizal, 2013).
B. ATMEGA 8535
Atmel,
salah satu vendor yang bergerak di bidang mikroelektronika, telah mengembangkan
AVR (Alf and Vegard’s Risc processor) sekitar tahun 1997. Berbeda dengan
mikrokontroler MCS51, AVR menggunakan arsitektur RISC (Reduce Instruction Set
Computer) yang mempunyai lebar bus data 8 bit. Perbedaan ini bisa dilihat dari
frekuensi kerjanya. MCS51 memiliki frekuensi kerja seperduabelas kali frekuensi
osilator. Jadi dengan frekuensi osilator yang sama, kecepatan AVR dua belas
kali lebih cepat dibanding kecepatan MCS51. Secara umum AVR dibagi menjadi 4
kelas, yaitu ATtiny, AT90Sxx, ATMega dan AT86RFxx. Perbedaan antartipe AVR
terletak pada fitur-fitur yang ditawarkan, sementara dari segi arsitektur dan
set instruksi yang digunakan hampir sama (Heryanto dan Adi, 2008).
C.
ADC (Analog Digital Converter)
ADC (Analog Digital Converter) merupakan fitur pada mikrokontroler yang
berfungsi untuk mengkonversi sinyal/data dari besaran analog menjadi besaran
digital. Mengapa harus di konversi, Karena sebagian besar data/sinyal yang ada
di dunia ini merupakan besaran analog. Pengkonversian data dari analog ke
digital merupakan suatu cara untuk mengolah data analog tersebut agar dapat di modifikasi, di
manipulasi dan mengubah karakteristiknya. Contoh besaran analog yang sering di
temui dalam kehidupan sehari-hari yaitu suhu, cahaya, kecepatan,tegangan,
suara, dll. Fitur ADC ini sering
digunakan dalam proses industri dan
komunikasi digital. ADC inilah yang menghubungkan antara sensor dengan sistem komputer yang telah
terintegrasi. ADC memiliki 2 faktor penting pada penggunaannya yaitu Kecepatan Sampling dan Resolusi.
Dimana kecepatan sampling ini berpengaruh terhadap seberapa banyak sinyal
analog yang di konversi ke sinyal digital dalam satuan waktu. Satuan waktu yang
digunakan yaitu SPS (Sample per Second). Sedangkan resolusi ADC berpengaruh
terhadap ketelitian hasil konversinya. Resolusi pada mikrokontroler AVR ada 2
yaitu resolusi 8 bit dan 10
bit (Eliezer, 2013).
III. HASIL PENGAMATAN DAN
PEMBAHASAN
Percobaan
yang telah dilakukan ini adalah percobaan menggunakan ADC dengan
mikrokontroler. ADC (Analog Digital Converter)
merupakan fitur pada mikrokontroler yang berfungsi untuk mengkonversi
sinyal/data dari besaran analog menjadi besaran digital. Mengapa harus di
konversi, Karena sebagian besar data/sinyal yang ada di dunia ini merupakan
besaran analog. Pengkonversian data dari analog ke digital merupakan suatu cara
untuk mengolah data analogtersebut
agar dapat di modifikasi, di manipulasi dan mengubah karakteristiknya. Contoh besaran analog yang sering di temui dalam
kehidupan sehari-hari yaitu suhu, cahaya, kecepatan,tegangan, suara, dll. Fitur
ADC ini sering digunakan dalam proses industri dan komunikasi digital. ADC inilah
yang menghubungkan antara sensor dengan
sistem komputer yang telah terintegrasi.
ADC memiliki 2 faktor penting pada penggunaannya yaitu Kecepatan Sampling dan Resolusi.
Dimana kecepatan sampling ini berpengaruh terhadap seberapa banyak sinyal
analog yang di konversi ke sinyal digital dalam satuan waktu. Satuan waktu yang
digunakan yaitu SPS (Sample per Second). Sedangkan resolusi ADC berpengaruh
terhadap ketelitian hasil konversinya. Resolusi pada mikrokontroler AVR ada 2
yaitu resolusi 8 bit dan
10 bit.
Mikrokontroler
merupakan suatu komponen elektronika yang didalamnya terdapat rangkaian
mikroprosesor, memori (RAM/ROM) dan I/O, rangkaian tersebut terdapat dalam
level chip atau biasa disebut single chip microcomputer. Pada mikrokontroler
sudah terdapat komponen-komponen mikroprosesor dengan bus-bus internal yang
saling berhubungan. Komponen–komponen tersebut adalah RAM, ROM, Timer, komponen
I/O paralel dan serial, dan interrupt controller. Dengan harga yang terjangkau
memungkinkan mikrokontroler digunakan pada
berbagai sistem
elektronis, seperti pada robot, sistem alarm, peralatan telekomunikasi, hingga
sistem automasi industri.
Mikrokontroler AVR ATMega8535
mempunyai ADC dengan resolusi 10-bit. Di dalam mikrokontroller ATMega8535,
input ADC dihubungkan ke sebuah 8 channel Analogmultiplekser yang digunakan untuk single ended input
channel artinya input ADC diukur dengan referensi pada ground. Masing-masing
channel dari analog multiplekser terhubung dengan PORT A. Jadi input ADC pada
saat tertentu hanya terhubung dengan satu tegangan input saja.(dengan memilih
channel pada analog multiplekser).
Selain
untuk single ended input, ADC pada mikrokontroler ATMega8535 dapat digunakan
untuk tegangan input secara diferensial (differential input) sebanyak 16
kombinasi. Sebanyak 4 kombinasi input diferensial (ADC0 dengan ADC1 dan ADC2
dengan ADC3) dengan penguatan yang dapat diatur. ADC0 dan ADC2 sebagai tegangan
input negative sedangkan ADC1 dan ADC3 sebagai tegangan input positif.
Penguatan yang tersedia antara lain penguatan 20dB (10x) atau 46dB(200x) pada
tegangan input diferensial sebelum konversi ADC. Sebanyak 7 kombinasi input
diferensial dengan ADC1 sebagai tegangan input negative bersama (common)
sedangkan input ADC yang lainnya sebagai tegangan input positif. Dan sebanyak 5
kombinasi input diferensial dengan ADC2 sebagai tegangan input negative bersama
sedangkan input yang lainnya (ADC0,ADC1,ADC3,ADC4 atau ADC5) sebagai tegangan
input positif.
Untuk
memilih channel ADC mana yang digunakan (single ended input atau diferensial input)
yaitu dengan mengatur nilai MUX4:0 (dalam I/O register ADMUX). Misalnya channwl
ADC0 (pinA0) sebagai input ADC (referensi terhadap ground) maka MUX4:0 diberi
nilai 00000B. jika diinginkan tegangan input ADC secara diferensial antara ADC1
(tegangan input negative) dan ADC4 (tegangan input positif) maka MUX4:0 diberi
nilai 10100B. pemilihan input ADC yang lebih lengkap terdapat pada datasheet.
ADC
pada mikrokontroler ATMega8535 mempunyai tegangan referensi yang dapat dipilih.
Tegangan referensi ini menentukan tegangan input maksimum ADC dan hasil
konversi ADC. Beberapa pilihan tegangan referensi yaitu pada pin AREF, pada pin
AVCC, atau menggunakan tegangan referensi internal sebesar 2,56 Volt. Untuk
memilih tegangan referensi mana yang digunakan denga mengatur nilai REFS1:0
(dalam I/O register ADMUX). Misalnya tegangan referensi pada pin AREF maka
REFS1:0 diberi nilai 00B. keterangan lanjut ada di Datasheet.
Agar
ADC dapat digunakan, ADEN (ADC Enable, dalam I./O register ADCSRA) harus diberi
nilai 1. Untuk memulai konversi tegangan input analog menjadi nilai digital
yaitu dengan memberi nilai ‘1’ pada ADSC (ADC Start Conversion, dalam I/O
register ADCSRA). Nilai ADSC akan tetap bernilai 1 selama proses konversi
berlangsung dan akan berniali ‘0’ (otomatis, secara hardware) pada saat proses
konversi sudah selesai. Selain dengan memberi nilai ‘1’ pada ADSC, konversi ADC
dapat juga dimulai dengan menggunaka seumber trigger. Pemilihan sumber trigger
dilakukan dengan memberi nilai ADTS2:0 dalam I/O register SFIOR.
Pada
ADC diperlukan frekuensi clock untuk proses konversi tegangan analog menjadi
nilai digital. Pemilihan clock ADC berdasarkan nilai ADPS2:0 (nilai untuk
prescaler ADC) dalam I/O register ADCSRA. Untuk mendapatkan hasil konversi
dengan ketelitian tinggi, diperlukan frekuensi clock ADC antara 50-200 KHz.
Hasil
konversi untuk single ended input dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
berikut:
ADC = Vin x1024 / Vref
Hasil ADC=000H menunjukan tegangan
input sebesar 0 volt dan hasil ADC=3FFH menunjukan tegangan input sebesar
referensi kurang satu LSB. Misalnya tegangan pada pin ADC0/PA0 (Vin) sebesar
0,26 Volt dengan Vref sebesar 5 volt. Maka hasil konversi ADC dalam nilai
digital dapat dihitung: ADC=53,25. Hasil koversi dapat bernilai 52 atau 53 atau
54. ketelitian ADC pada ATMega8535 sebesar ±2 LSB.
Dalam percobaan
ini menggunakan simulasi dengan proteus untuk membuat rangkaian mikrokontroler dengan
pengaturan ADC yang menggunakan led sebagai outputnya. Gambar berikut ini
adalah gambar simulasi mikrokontroler yang dibuat dari proteus.
Gambar 1. Simulasi
Mikrokontroler dengan Proteus
Pada Gambar 1 diatas mikrokontroler
yang digunakan ialah ATMega 8535, kemudian pada PORTA yang merupakan PORT untuk
ADC pin 0 dihubungkan dengan sebuah
potensiometer untuk mengatur presentasi nilai ADC, 2 kaki potensiometer lainnya
dihubungkan dengan vcc dan ground. Selain potensiometer digunakan pula 8 buah
led sebagai outputan dari nilai ADC tersebut yang diletakkan pada PORTB. Untuk
menjalankan rangkaian diatas maka diperlukan sebuah program agar dapat
mengontrol rangkaian tersebut dan menghidupkan led sesuai dengan presentasi ADC
yang dihasilkan. Program dalam percobaan ini dibuat dengan program CVAVR,
sebelum kita tuliskan program terlebih dahulu kita mengatur tipe-tipe program
yang akan kita gunakan seperti kita atur PORTB sebagai output dan juga kita
atur ADC, kita klik ADC Enable, selanjutnya mencentang interrupt dan use 8 bit,
pada automatically scan inputs pilih Enable kita buat first sebagai first ADC
input menjadi 0 dan last atau last ADC input menjadi 7. Selanjutnya kita
generate and save sehingga akan muncul program seperti dibawah ini, pada kolom
while kita tambahkan program untuk membaca data ADC yang terbaca dan PORTB
sebagai output dari ADC yang terbaca tersebut.
#include <mega8535.h>
#include <delay.h>
#define FIRST_ADC_INPUT 0
#define LAST_ADC_INPUT 7
unsigned char
adc_data[LAST_ADC_INPUT-FIRST_ADC_INPUT+1];
#define ADC_VREF_TYPE 0x60
interrupt [ADC_INT] void
adc_isr(void)
{ static unsigned char
input_index=0;
adc_data[input_index]=ADCH;
if (++input_index >
(LAST_ADC_INPUT-FIRST_ADC_INPUT))
input_index=0;
ADMUX=(FIRST_ADC_INPUT |
(ADC_VREF_TYPE & 0xff))+input_index;
delay_us(10);
ADCSRA|=0x40;
} void main(void)
{ unsigned char data;
PORTB=0x00;
DDRB=0xFF;
#asm("sei")
while (1)
{ data = adc_data[0];
PORTB =data;
}
}
Setelah program
diatas kita compile dan build, selanjutnya kita masukan program tersebut
kedalam mikrokontroler, dalam percobaan ini kita masukkan kedalam simulasi
mikrokontroler yang telah kita buat di proteus, dan kita play, maka akan muncul
rangkaian akan jalan dan menunujukkan nilai ADC seperti gambar berikut ini,
Gambar 2.
Simulasi Mikrokontroler dengan proteus setelah di RUN
Gambar 2
merupakan hasil running dari percobaan ADC pada mikrokontroler , pada gambar
tersebut setelah dirunning maka led akan menyala tetapi tidak semua led
menyala, led akan menyala sesuai dengan presentasi dari potensiometer yang kita
putar. Dalam perhitungan untuk mengetahui kesesuaian lampu hidup dengan
presentasi potensiometer dilakukan dengan rumus :
PP =
x 100% ..................(2)
Dimana : PP =
Presentasi Potensiometer
NH = Nilai
bilangan desimal dari lampu yang hidup
NT = Nilai
total bilangan desimal
Ketika lampu
yang hidup adalah lampu 1,2,4,5,6,7 maka presentasi potensionya
PP =
x 100%
=
x 100%
= 48.04 % atau 48 %
Ketika lampu
yang hidup adalah lampu 2,7,8 maka presentasi potensionya
PP =
x 100%
=
x 100%
= 75.78 % atau 76 %
Ketika lampu
yang hidup adalah lampu 1,2,3,6,7 maka presentasi potensionya
PP =
x 100%
=
x 100%
= 40.23 % atau 40 %
Ketika lampu
yang hidup adalah lampu 1,2,3,4,7 maka presentasi potensionya
PP =
x 100%
=
x 100%
= 30.86 % atau 31 %
Ketika lampu
yang hidup adalah lampu 1,2,3,5 maka presentasi potensionya
PP =
x 100%
=
x 100%
= 8.98 % atau 9 %
Ketika lampu
yang hidup adalah lampu 5,6,7,8 maka presentasi potensionya
PP =
x 100%
=
x 100%
= 93.75 % atau 94 %
Ketika lampu
yang hidup adalah lampu 3 dan 4 maka presentasi potensionya
PP =
x 100%
=
x 100%
= 4.69 % atau 5 %
Dari hasil
perhitugan diatas dengan percobaan yang telah dilakukan , hasil yang didapatkan
sesuai. Hal ini membuktikan bahwa
percobaan ADC pada mikrokontroler yang kita lakukan berhasil dan sesuai dengan
teori.
IV. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan tentang
perancangan LCD pada mikrokontroler maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut.
1.
Mikrokontroler merupakan suatu komponen
elektronika yang didalamnya terdapat rangkaian mikroprosesor, dan berfungsi
sebagai sistem kontrol maupun pengendali.
2.
ADC (Liquid
Cristal Display) berfungsi mengkonversi sinyal/data dari besaran
analog menjadi besaran digital.
3.
Dalam percobaan
ini mikrokontroler mampu mengontrol ADC untuk dapat menampilkan keluarannya
dalam hidup mati nyala led.
4.
ADC memiliki 2 faktor
penting pada penggunaannya yaitu Kecepatan Sampling dan Resolusi.
5.
Mikrokontroler AVR
ATMega8535 mempunyai ADC dengan resolusi 10-bit.
6.
ADC pada mikrokontroler ATMega8535
mempunyai tegangan referensi yang dapat dipilih. Beberapa pilihan tegangan
referensi yaitu pada pin AREF, pada pin AVCC, atau menggunakan tegangan referensi
internal sebesar 2,56 Volt.
DAFTAR
PUSTAKA
Budiharto, Widodo. 2006. Membuat Robot Cerdas. Gramedia: Jakarta.
Eliezer, Putu Giovani. 2013. ADC Mikrokontroler. http://Geyosoft.com
Heryanto,
M. Ary dan Adi, Wisnu.2008.Pemrograman
Bahasa C untuk
Mikrokontroler
Atmega 8535.Yogyakarta:Andi.
Yurizal.
2013. Mikrokontroler.
https://yusrizalandeslubs.wordpress.com. Diunduh pada Sabtu, 15 November 2014.
Post a Comment