PERBAIKAN
BAHASA INDONESIA
LAPORAN
KUNJUNGAN MUSEUM LAMPUNG
I. PENDAHULUAN
Inilah satu-satunya museum di
Provinsi Lampung sekaligus kebanggaan masyarakat di provinsi paling Selatan
Pulau Sumatera tersebut. Letak museum ini cukup strategis sebab tak jauh dari
pusat kota Bandar Lampung, yakni hanya 15 menit perjalanan. Dengan memanfaatkan
bangunan bergaya arsitektur khas Lampung, museum ini menyimpan beragam benda
prasejarah, benda budaya, serta flora dan fauna khas Lampung. Berdasarkan data
tahun 2011, Museum Lampung menyimpan sekira 4.735 benda koleksi. Benda-benda
tersebut terbagi dalam 10 kelompok, yaitu koleksi geologika, biologika,
etnografika, historika, numismatika/heraldika, filologika, keramologika, seni
rupa, dan teknografika.
Koleksi terbanyak adalah
etnografika yang mencapai 2.079. Koleksi etnografika merupakan benda yang biasa
dipakai dalam kehidupan sehari-hari dan yang menjadi ciri khas kebudayaan
masyarakat Lampung di masa lampau. Secara umum, koleksi museum meliputi
berbagai benda peninggalan zaman prasejarah, zaman Hindu-Buddha, zaman
kedatangan Islam, masa penjajahan, dan pasca-kemerdekaan.
II. PEMBAHASAN
Museum
Negeri Provinsi Lampung mulai dibangun pada tahun 1975 di atas lahan seluas
17.010 m² yang lokasinya sekarang berada Jalan Zainal Arifin Pagar Alam No. 64,
Bandar Lampung. Beberapa tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 24 September
1988 yang juga merupakan Hari Aksara Internasional, museum diresmikan oleh
Prof. DR. Fuad Hasan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan waktu itu. Sampai
saat ini Museum Negeri Provinsi Lampung “Ruwa Jurai” memiliki sekitar 5.000
buah koleksi yang dibagi menjadi 10 kategori, yaitu: koleksi geologika,
biologika, etnografika, arkeologika, historika, numismatika, filologika,
keramologi, seni rupa, dan teknologika.
Benda-benda yang telah dikategorikan tersebut diantaranya adalah:
Benda-benda yang telah dikategorikan tersebut diantaranya adalah:
1. Bola
besi yang pernah digunakan untuk membuka lahan transmigrasi di wilayah Lampung
Timur, Raman Utara, Purbolinggo, Seputih Banyak dan Seputih Raman pada tahun
1953-1956.
3. 2.893
buah benda karya seni (keramik) dari negeri Siam dan China pada masa Dinasti
Ming.
4. Mata
uang yang pernah digunakan pada masa penjajahan Belanda.
5. Senjata
tradisional seperti keris, tombak, samurai.
6. Beberapa
buah topeng sekura dan tupping.
7. Miniatur
nuo balang (rumah adat Pepadun)
8. Kamar
pengantin adat Saibatin dan Pepadun.
9. Fosil
manusia purba
10. Peralatan
tenun.
11. lamban
pesagi (rumah) berumur 150 tahun yang ditempatkan di bagian depan bangunan
utama museum. Lamban pesagi ini dilengkapi pula dengan sebuah lumbung padi,
perahu lesung dan alat penumbuk kopi.
Museum
lampung juga memiliki peninggalan-peninggalan lainya seperti:
1. Batuan, dari cara
pembentukannya dibedakan atas 3 jenis yaitu batuan beku, batuan sedimen, dan
batuan metamorf. Setiap batuan memiliki sejumlah mineral sebagai suatu endapan
penyusun yang ada didalam batuan.Di lampung, terdapat banyak mineral yang
memiliki ekonomi dan dimanfaatkan sebagai bahan galian logam.
Bahan
galian industri dan bahan galian energi diantaranya :
·
Batu Pasir, di Panaragan, Tulang Bawang
Barat.
·
Akik (agat) dan kalsedon di Way Papak,
Lampung Selatan.
·
Batu Gamping. Di Blambangan Umpu.
·
Kalsit/Marmer. Di desa Gerbang Hilir,
Padang Cermin, Lampung Selatan.
·
Kuarsit. Di Way Sekampung, Tegineneng,
Lampung Tengah.
·
Minyak Bumi. Di Kota Bumi.
·
Batu Bara. Di Menggala.
2. Kendi atau Vas Bunga
Ukuran tinggi : 16,4 cm, diameter bawah : 7,3 cm.
Diameter atas : 4,3 cm, diameter : 12 cm. Ditemukan di Menggala,Tulang Bawang.
Kendi sebagai tempat bunga atau vas bunga memiliki bentuk bermacam-macam. Bentuk
vas bunga ini bulat mengecil ke atas, bahu datar, berleher tinggi dan berkaki. Vas
bunga ini dibuat dari tanah liat dengan mempergunakan teknik tahap pelandas /
putar, warna hitam.Pada bagian bawah badan menyudut, badan diberi motif teknik
tekan alur-alur horizontal. Kendi vas bunga ini dipergunakan untuk kebutuhan
menghias ruangan rumah agar indah, biasanya diisi air dan bunga-bunga hidup /
segar, diletakkan diatas meja / buffet pada ruangan tamu.
3. Kendi / Kibuk Berceret Ganda (Cerat Empat)
Ukuran tinggi : 17 cm, diameter kaki 6,8 cm,diameter
badan 13 cm. Ditemukan di Bakung Udik,
Menggala,Tulang Bawang. Kendi lampung (kibuk) berceret/corot berbentuk
menyerupai buah dada berjumlah 4 dengan tutup palsu, pegangan bentuk lingkaran
dihiasi bentuk segitiga. Badan bulat, ditengah badan ada ban melingkar beralur.
Diantara cerat / corot ada motif hias teknik cubit 2 buah. Pada bagian bawah
beralur, kaki tinggi, kendi / kibuk berwarna merah digunakan sebagai hiasan
rumah tangga. Biasanya di letakkan diatas buffet / lemari hias di ruang tamu.Kendi
ini merupakan simbol kendi perempuan. Diperkirakan dibuat pada abad 18 M.
4. Periuk (Lampung : Khayoh Tanoh )
Ukuran tinggi : 8,5 cm, tebal : 0,4 cm, Diameter : 2,3
cm bentuknya bulat ¾ lingkaran, mulut lebar, bibir melebar keluar agak naik,
sebagai tempat menahan tutupnya. Biasanya ukuran khayoh tidak sama besarnya.
Disesuaikan dengan muatan isinya.Khayoh dipergunakan untuk kebutuhan dapur
rumah tangga sebagai wadah menanak nasi ngekhok dan merebus ramuan obat.Cara
menggunakannya sebelum beras dimasukkan terlebih dahulu wadah ini dilapisi daun
pisang selanjutnya ditutup.Teknik pembuatan putar, warna hitam.Diperkirakan
pada abad 19 masehi.
5. Guci / Gentong (Lpg :
Gencung)
Ukuran : diameter atas : 18,5 cm. Diameter bawah : 22
cm, diameter : 42,5 cm tinggi : 39 cm. Ditemukan di desa Bakung Udik Kecamatan
Menggala Kab. Tulang Bawang. Gecung berbentuk bulat, agak mengecil kebawah dan
keatas, tidak di glasir dibagian pundak terdapat 4 buah kupingan bentuk
setengah lingkaran. Warna coklat kehitaman.Mengenai ukuran bermacam-macam,mulai
ada yang besar hingga yang kecil. Teknik pembuatan tatap pelandas dan roda
putar. Gentong / gecung digunakan untuk menyimpan air mentah (air untuk dimasak)
yang diletakkan di dapur,dan ada yang diletakkan di luar rumah yakni dekat
tangga naik ke rumah. Diperkirakan dibuat sekitar abad 19 masehi.
6. Kuali (Lpg :
Belanga Tanah / Belango Tanoh)
Ukuran, diameter atas : 34 cm , diameter bawah : 16
cm, tebal : 2 cm. Ditemukan di desa Sungkai Utara Kec. Abung, Kab.Lampung Utara.
Bentuk menyerupai mangkok berbadan pendek agak cekung, bagian bawah (pantatnya)
mendatar, pada sisi permukaan ada kuping sebagai tempat memegang di waktu
mengangkat dan menjerangkan wadah ini. Digunakan untuk memasak sayur atau
menggulai ikan dan daging. Fungsinya untuk kebutuhan sehari-hari. Untuk ukuran
belanga biasanya berbeda-beda dari ukuran paling kecil sampai ukuran yang
paling besar,mengenai bentuk belanga tidak bervariasi,hanya saja bagian bawah (pantatnya)
bentuknya cembung dan ada yang rata. Diperkirakan awal abad ke 20 masehi.
7. Piring tanah (Lpg. Panjang atau
Ajang Tanoh)
Ukuran diameter : 33 cm, Tinggi : 18,5 cm. Desa bakung
udik, kec. Menggala kab.Tulang bawang.Bentuk bundar, ceper memakai kaki.Seluruh
bagian alat ini terbuat dari tanah liat, tanpa diglasir dan polos.Piring /
panjang / ajang tanoh dipakai untuk tempat nasi serta lauk pauknya.Diperkirakan
abad ke 20 masehi.
8. Teko (Lampung Teko Tanah / Tiku tanah)
Ukuran tinggi : 12 cm, Diameter : 16,7 cm, tebal : 0,3
cm. Abung timur lampung utara. Bentuk bulat memakai tutup, pegangan dan moncong
/ bercorot tempat air keluar.Warna coklat, ragam hias putih dan biru.Ragam hias
terdapat pada badan dan ats tutup berupa sulur daun, bunga dan kepiting.Teko
dipakai untuk tempat air teh.Diperkirakan pada abad ke 20.
Untuk menjaga seluruh koleksi museum agar tidak
hilang atau rusak dan merawat bangunan seluas 4.713 m2 yang terdiri dari ruang
pameran tetap, ruang pameran temporer, ruang perpustakaan, ruang penyimpanan
koleksi, ruang administrasi, auditorium, ruang audio visual, ruang bengkel
preparasi, laboratorium, mushola dan toilet, maka pihak museum mempekerjakan 50
orang pegawai, yang terdiri atas: 16 orang tenaga fungsional, 33 orang bagian
administrasi, dan satu orang bagian keamanan.
III.
KESIMPULAN
Museum
lampung adalah tempat masyarakat Lampung dan luar Lampung belajar akan sejarah
budaya dan benda-benda lain yang ada di provinsi Lampung. Budaya-budaya ini
harus terus dilestarikan untuk menjaganya agar dapat dinikmati juga oleh anak
cucu kita mendatang. Dalam pengelolaannya pemerintah daerah setempat hendaknya
memberi fasilitas yang nyaman agar pengunjung merasa tidak bosan untuk belajar
menggali b udaya yang ada di Museum Lampung ini. Peninggalan budaya yang ada di
Museum lampung ini sudah membuktikan bahwa manusia mulai belajar tentang
membuat suatu kebudayaan yang dapat di pelajari oleh generasinya.
Post a Comment